IDXChannel - Direktur Utama PT Kereta Commuter Indonesia (KCI) atau KAI Commuter Asdo Artriviyanto mengaku perseroan membutuhkan pinjaman alias utang senilai Rp3,6 triliun untuk mengimpor dan meretrofit rangkaian (trainset) kereta rel listrik (KRL) atau commuter line.
Dari nilai tersebut, Rp2,8 triliun di antaranya untuk mendanai impor 11 rangkaian kereta dari produsen asal China, CRRC Qingdao Sifang Co., Ltd. Utang diperoleh KCI dari sindikasi lembaga perbankan.
“Untuk mendanai impor ini hanya cukup Rp2,8 triliun,” ujar Asdo saat konferensi pers di Stasiun Juanda, Jakarta Pusat, Kamis (30/1/2025).
Secara agregat, nilai investasi yang dibutuhkan anak usaha PT KAI (Persero) ini mencapai Rp9,1 triliun. Nilai itu 60 persen bersumber dari penyertaan modal negara (PMN) dan 40 persen adalah pinjaman bank.
Anggaran jumbo dialokasikan untuk pembelian 35 rangkaian kereta baru baik dari PT INKA (Persero) dan CRRC. Selain itu digunakan untuk memperbaharui kereta yang sudah ada saat ini.
“Jadi gini, pendanaan investasi ini membutuhkan Rp9,1 triliun. Untuk pembelian 35 trainset baru baik INKA maupun CRRC, dan retrofit. Ini komposisinya 60-40, 60 persen adalah PMN, 40 persen adalah loan. Jadi loan KCI ini sebesar Rp3,6 triliun,” kata dia.
“Artinya nanti full PMN Rp5,3 triliun yang dari pemerintah itu semua untuk membayar INKA. Plus bagian loan dari KCI yang untuk memenuhi pembayaran INKA,” ujar dia.
KCI juga memastikan 11 rangkaian kereta api dari CRRC bakal didatangkan secara bertahap sepanjang semester I-2025. Asdo mengatakan, proses pengiriman mulai dilakukan di awal 2025.
Pada tahap pertama, CRRC menyuplai satu trainset. Kemudian dua rangkaian didatangkan setiap bulan selama semester I-2025.
“Dan sesuai dengan time delivery ini akan selesai di bulan Juni, artinya semester I akan datang. Jadi di awal tahun ini ada satu trainset, kemudian setiap bulan akan datang dua trainset, dua trainset, dua trainset, terus sampai 11 trainset,” kata dia.
Menurut dia, impor rangkaian kereta commuter line perlu dilakukan untuk memenuhi kebutuhan penumpang. Sebab, jumlah orang yang menggunakan moda transportasi ini terus membeludak, namun kapasitas angkut mulai terbatas.
“Inilah yang mungkin memberikan sedikit jawaban untuk pelanggan kita ya. Kenapa kita kejar manufaktur yang bisa cepat men-deliver, karena apa? Sudah pernah kami sampaikan juga di tahun lalu bahwa kritis ya,” ujar Asdo.
Adapun titik kritis kapasitas commuter line atau KRL Jabodetabek mulai terjadi di semester II-2024 dan diperkirakan terjadi hingga periode yang sama tahun ini.
(Dhera Arizona)