Capaian tersebut berhasil diraih dengan adanya penurunan beban usaha perusahaan di awal tahun ini yang tercatat USD526,34 juta, di mana pembukuan beban usaha tersebut lebih rendah 25 persen dari catatan beban usaha tahun lalu sebesar USD702,17 juta.
Adapun penurunan beban usaha tersebut terimplementasikan pada sejumlah lini beban seperti biaya operasional penerbangan, pemeliharaan-perbaikan, umum-administrasi, beban bandara, pelayanan penumpang, operasional hotel, transportasi dan jaringan.
Pada kuartal I-2022, emiten bersandi GIAA ini juga mencatatkan konsistensi pendapatan usaha di kisaran USD 350 juta, dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Adapun raihan pendapatan usaha tersebut berasal dari segmen penerbangan berjadwal yang menjadi kontribusi terbesar dengan total mencapai USD270,57 juta, disusul penerbangan tidak berjadwal dan lainnya masing-masing sebesar USD24,07 juta, dan USD55,50 juta.
“Kami meyakini dengan strategi dan business plan yang terus didiskusikan secara intensif, mempertimbangkan kondisi aktivitas perjalanan masyarakat khususnya melalui transportasi udara yang semakin menunjukkan tren positif, serta beban kewajiban perusahaan yang turun signifikan melalui proses PKPU ini diharapkan dapat mendorong akselerasi pemulihan kinerja Perusahaan sekaligus mewujudkan maskapai Garuda Indonesia sebagai bisnis yang simple dan portabel,” kata Irfan.
Di lain sisi, Garuda Indonesia nustru mengembalikan pesawat Bombardier CRJ-1000 secara bertahap. Pada fase awal dilakukan pengembalian dua pesawat kepada lessor asal Montreal, Kanada, Nordic Aviation Capital (NAC) dan Export Development Canada (EDC).