Hal ini diperkuat dengan riset di 49 negara pada 130.432 anak berusia 6-23 bulan yang menunjukkan bahwa stunting pada balita disebabkan oleh rendahnya asupan makanan sumber protein dan hewani. Penelitian lain juga menunjukkan konsumsi protein hewani yang beragam terbukti dapat menurunkan risiko terjadinya stunting, dibandingkan dengan anak yang hanya konsumsi satu jenis makanan sumber protein hewani saja.
Selain itu, riset di Jakarta Pusat, DKI Jakarta juga menunjukkan bahwa pola konsumsi pada anak usia 25-30 bulan baik yang berstatus stunting maupun normal menemukan bahwa anak yang mengonsumsi makanan rendah energi dan protein memiliki risiko lebih tinggi mengalami stunting.
“Di sini, yang penting adalah konsumsi makanannya harus diperhatikan, mencukupi kebutuhan untuk mendukung pertumbuhannya,” ujarnya.
(FRI)