Sementara itu, Kepala BBTPPI Semarang, Emmy Suryandari menyampaikan, mekanisme degradasi polutan alat ini telah dibuktikan melalui hasil ujicoba untuk limbah batik pewarna naftol yang mampu menurunkan chemical oxygen demand (COD) hingga 90% dalam waktu 1 jam, pewarna indanthrene sebesar 70%, air limbah batik jumputan sebesar 88%, bahkan untuk air limbah tekstil yang telah melewati proses aerob dengan COD 264 mg/L dan berwarna hijau mampu diturunkan menjadi 107 mg/L dengan visual jernih yaitu 153 PtCo hanya dalam waktu 10 menit.
Alat reaktor elektrokalitik portabel ini, kata Emmy telah digunakan pada industri batik dan lembaga edukasi milik pemerintah, ke depannya direncanakan untuk industri tekstil dan IKM.
"Untuk itu, BBTPPI telah membentuk ekosistem kerja sama dengan industri dalam memasarkan alat tersebut. Harapannya melalui alat ini mampu memberikan alternatif solusi bagi industri dalam pengolahan polutan sekaligus mendukung program P3DN dan subtitusi impor,” tutur Emmy. (TIA)