Dalam kesempatan yang sama, Direktur Eksekutif Institute for Essential Services Reform (IESR), Fabby Tumiwa, menyatakan bahwa untuk mencapai target energi terbarukan sebesar 23 persen pada tahun 2025 sesuai Perpres 22/2017, selain target RUPTL 10,9 GW, dibutuhkan juga tambahan kapasitas pembangkit energi terbarukan sekitar 4 GW di luar PLN.
Tambahan ini bisa disumbang oleh PLTS baik PLTS atap maupun penggunaan PLTS di wilayah usaha (wilus) non-PLN. Menurutnya, deklarasi 2,3 GW proyek PLTS di Indonesia Solar Summit (ISS) 2022 menunjukkan potensi energi surya yang sangat besar di Indonesia.
"Indonesia bisa jadi solar power house di Asia Tenggara dengan potensi pertumbuhan 3-4 GW per tahun jika tidak dihalang-halangi. Ini membuka kesempatan mengalirnya investasi hijau, kesempatan menumbuhkan industri PLTS terintegrasi dari hulu ke hilir, dan penyerapan tenaga kerja serta daya dorong pemulihan ekonomi pasca Covid-19," tandas Fabby. (TSA)