IDXChannel - Pemerintah resmi menaikkan upah minimum 2023 dengan maksimal sebanyak 10 persen, yang tercantum dalam Peraturan Menteri Ketenagakerjaan (Permenaker) No 18 Tahun 2022 tentang penetapan upah minimum tahun 2023.
Dengan penetapan kenaikan upah tersebut, banyak risiko yang akan dialami, salah satunya gelombang Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) dikarenakan upah yang naik.
Menanggapi hal tersebut, Ketua Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI), Said Iqbal mengungkapkan soal rencana kenaikan upah yang bakal berujung PHK. Menurutnya, jika kelayakan naik upah yang tidak berlebihan akan berdampak baik bagi daya beli. Selain itu, jika tingkat konsumsi suatu negara naik, pertumbuhan ekonomi bisa ikut naik.
Hal tersebut, sebut Said, berdampak baik bagi pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Jika pertumbuhan ekonomi baik, akan membuka lapangan pekerjaan baru.
"Kalau upah naik layak tidak berlebihan ya, maka dia akan meningkatkan daya beli purchasing power, kalo gaji naik konsumsi naik, nah kalau konsumsi naik pertumbuhan ekonomi naik," ujarnya saat dikonfirmasi oleh MPI, Selasa (22/11/2022).
"Jika pertumbuhan ekonomi baik itu akan membuka lapangan kerja baru dan mengurangi angka kemiskinan," jelas Said.
Hal tersebut dinilainya dengan fenomena PHK yang terjadi di Indonesia. "Klaimnya 5.000 buruh tekstil katanya PHK, 25.700 buruh sepatu PHK, buruh otomotif PHK, pertanyaan nya sederhana di mana PHK nya?," tambah dia.
Said juga mengatakan, ribuan buruh tersebut tidak terkena PHK, melainkan dirumahkan. Hal ini karena order yang sepi membuat buruh tidak dipekerjakan.
"KSPI itu anggota buruh sepatu ada SPN, serikat pekerja terbesar untuk industri sepatu itu ada di KSPI, namanya SPN (Serikat Pekerja Nasional) enggak ada laporan PHK, yang ada adalah merumahkan karyawan karena ordernya berkurang," tambah Said.
"Order itu tergantung buyer, jadi setelah diitung semua cost production, ada namanya profit cost biaya keuntungan, perusahaan engga rugi, cuma berkurang untungnya," imbuh dia.
Dengan hal tersebut, menurut Said, Indonesia tidak akan mengalami PHK. Jika permintaan barang masih menurun, risikonya buruh akan mengalami masa di rumahkan.
"Tidak ada PHK, kalau di rumahkan ada (peluang)," tegas Said.
Ia juga turut menanggapi soal resesi yang dikabarkan akan melanda Indonesia pada 2023. Menurut Said prediksi IMF pada tahun depan, Indonesia akan mengalami pertumbuhan ekonomi.
"Apakah Indonesia resesi, enggak tuh, malah Indonesia di prediksi IMF 2023 itu pertumbuhan ekonomi nya nomor tiga di dunia, setelah India dan Filipina, ini saya paparkan di G20 di Bali," terang Said.
Menurutnya, walaupun Indonesia tidak terlalu terdampak akan resesi tersebut, ia pun mengingatkan kata-kata Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk melakukan waspada.
"Jadi Indonesia enggak terdampak resesi, tapi Presiden Jokowi wanti-wanti kan, waspada, bukan berarti sombong," sambungnya.
Said meluruskan, melihat adanya peluanh pertumbuhan ekonomi di Indonesia, kenaikan upah dinilai penting bagi pekerja. "Karena ekonomi positif masa kita ga dapet apa apa, udah tiga tahun berturut-turut karena Covid kita ga naik upah, ini udah pertumbuhan ekonomi nomor tiga di dunia, sekarang Indonesia negara terkaya nomor tujuh di dunia diatas Prancis Inggris," sambungnya.
"Bola kita boleh kalah sama prancis Inggris, tapi ekonomi kita melebihi mereka jangan main-main, jadi kalau enggak naik lucu saja, aneh, makanya kita harus berjuang upah kita harus naik." seru dia.
"Sepanjang pertumbuhan ekonomi baik, dan inflasi membuat harga barang tinggi perlu disesuaikan, maka kenaikan upah itu faktornya inflasi plus pertumbuhan ekonomi itu saja intinya," terang dia.
Said pun juga memberikan tanggapan soal resesi di Eropa. kata Said, IMF melihat adanya resesi global yang terjadi di Eropa dan Amerika disebabkan dengan perang Rusia dan Ukraina.
Hal tersebut menyebabkan harga gandum dan gas melambung tinggi, dikarenakan dua negara tersebut berperan penting dalam pasokan ke beberapa negara Eropa dan Amerika.
"Prediksi nya IMF ya memang di Eropa dan Amerika akan mengalami resesi global, penyebab nya perang Rusia dan Ukraina, kalau ini perang ga selesai, harga pangan akan tinggi terutama gandum, jadi harga gandum melambung tinggi harganya pangan tinggi harganya," papar Said.
"Kemudian gas, begitu perang, putin pake metode gas kan, 'yang bantu Ukraina, saya enggak pasok gas', wah melambung tinggi harga gas," imbuh Said. (FHM)