"Pertamina sendiri begini, ini persepsinya, keuntungan yang didapatkan Pertamina itu tidak semata-mata dari jualan BBM. Harus ada efisiensi, karena itu kenapa, ada holding dan subholding ini tidak lain untuk memetakan ongkos operasional Pertamina harus lebih efisien," kata dia.
Upaya adaptasi, lanjut Erick, dilakukan Pertamina dengan menggarap Ethanol atau bio energi berbasis bahan bakar nabati. Dalam proyek ini perseroan menggandeng Holding Perkebunan Nusantara atau PTPN III (Persero).
Pertamina dan PTPN III akan memanfaatkan tebu dan gula untuk diproduksi menjadi Bioetanol (Ethanol). Produk tersebut nantinya digunakan Pertamina untuk mengurangi produksi BBM dan mengurangi impor minyak mentah.
Produksi Bioetanol nasional pada 2022 bisa mencapai 394.000 kiloliter. Lalu, naik menjadi 1,2 juta kiloliter pada 2030. Bahan bakar alternatif tersebut menjadi potensi campuran (blend) bahan bakar minyak dari 6 persen pada 2022 menjadi 13,8 persen pada 2030.
Adapun produksi Bioetanol akan dilakukan oleh PT Energi Agro Nusantara, salah satu anak usaha PTPN III yang mengolah molases menjadi etanol. Proses produksi pun dilakukan secara bertahap.