“Sejalan dengan pertumbuhan kelas menengah industri, termasuk kemasan tangan higienis, alat medis dan komponen otomotif, maka keandalan pasokan yang sepenuhnya dari dalam negeri pada akhirnya akan mampu menghemat devisa, sekaligus mengurangi defisit neraca perdagangan, melalui ekonomi hijau,” kata Dwinanto.
Menanggapi diperbaruinya kerja sama antara KPI dan Polytama, Direktur Utama KPI Taufik Aditiyawarman mengatakan, kolaborasi ini bukan sekadar hubungan bisnis, melainkan pilar strategis dalam membangun industri petrokimia nasional yang mandiri dan berdaya saing.
Sinergi ini memperkuat keamanan dan efisiensi rantai pasok melalui pasokan Propylene dari Kilang Balongan yang didukung kedekatan geografis serta potensi pengembangan dari kilang lain seperti Cilacap dan Balikpapan, sehingga menjamin keberlanjutan operasional Polytama.
Selain itu, kerja sama antara dua entitas itu diyakini akan memberikan dampak yang lebih besar. Menurutnya, industri petrokimia kini telah menjadi tulang punggung perekonomian nasional.
Dalam konteks ini, kerja sama antara KPI dan Polytama turut memberikan multiplier effect, mulai dari penguatan industri manufaktur, penghematan devisa melalui substitusi impor, penciptaan lapangan kerja, dan pertumbuhan ekonomi daerah khususnya Jawa Barat.