Pria kelahiran Pemalang itu menjelaskan bagaimana kondisi usahanya ditengah pandemi covid 19, khususnya penerapan kebijakan PPKM (Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat) Darurat yang membuat usahanya mengalami kemunduran. Karena pada kesehariannya, pengunjung warteg yang berada dibilangan Kebayoran Lama, Jakarta Selatan itu paling banyak dari pekerja yang berada di apartemen Belleza, permata hijau.
Ketika penerapan PPKM darurat, praktis warteg tersebut mengalami omset bisnis yang cukup drastis. Namun Rianto mengakalinya dengan mendagangkan makanannya melalui media online. "Sebelum pandemi covid 19, karyawan saya ada 6 orang, omset harian Alhamdulillah tembus 4 juta perhari, begitu ada Corona pendapatan saya turun 75 persen, kisaran omset 700 ribu perhari," Sambungnya.
Tidaknya sekedar meraup keuntungan dengan mengembangkan sistem online, Rianto juga menyadari akan pentingnya kesehatan para pegawainya ditengah pandemi covid 19. Untuk itu, semaksimal mungkin Arianto berusaha meminimalisir kontak pegawainya dengan orang lain.
Pria tamatan Sekolah Dasar itu sampai-sampai berkolaborasi dengan salah satu perusahaan strat up digital yang memfasilitasi suply bahan makanan untuk wartegnya setiap pagi. Sehingga tidak ada karyawan yang berinteraksi di pasar untuk belanja kebutuhan bahan makanan.
Para karyawannya difokuskan untuk mengolah bahan makanan yang sudah disuply tadi untuk dipajang dalam etalase berukurang kurang lebih satu meter di depan warungnya. Usaha mengurangi kontak fisik pada karyawannya tidak sebatas melarang bepergian kepasar, warteg ini juga memasarkan produknya melalui pasar online.