Keikutsertaan Indonesia pada FIE 2025, ujarnya, menegaskan daya saing rumput laut nasional di pasar global. Komoditas yang disebut sebagai emas hijau ini disebut dapat diolah menjadi karaginan, agar, dan berbagai produk turunan lain yang menjadi bahan baku maupun bahan tambahan alami.
"Untuk industri makanan, minuman, farmasi, kosmetik, dan sektor lainnya," ujarnya.
Kinerja ekspor rumput laut Indonesia sepanjang Januari-Oktober 2025 yang mencapai USD264,6 juta. Nilai tersebut terdiri atas rumput laut kering USD144,7 juta, karaginan USD93,3 juta, dan agar-agar USD15,6 juta.
China menjadi negara tujuan terbesar dengan nilai USD183,6 juta atau 69,4 persen, disusul Uni Eropa USD27,3 juta, ASEAN USD9,2 juta, Amerika Serikat USD8,6 juta, dan Jepang USD6,7 juta.
"Dengan kontribusi lebih dari 10 persen, Uni Eropa tercatat sebagai pasar terbesar kedua di dunia untuk rumput laut Indonesia," ujar Machmud.