IDXChannel - Ekonom menilai konflik yang saat ini terjadi antara Hamas-Israel akan berpengaruh terhadap harga BBM non subsidi.
Apalagi diakibatkan adanya peralihan dari konsumen BBM Subsidi ke non subsidi. Asal tahu saja, selisih harga BBM non subsidi dan subsidi saat ini mencapai Rp4 ribu per liter.
"Bbm non subsidi diperkirakan terus meningkat dan ini akibatkan masalah dari peralihan konsumen bbm subsidi ke non subsidi," ujar Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira Selasa (17/10/2023).
Bhima pun meminta pemerintah untuk mewaspadai kuota BBM subsidi yang dikhawatirkan bisa jebol lantaran selisih harga tersebut lumayan besar. "Quota bbm nya bisa jebol," tegasnya.
Sementara itu untuk harga BBM subsidi, Bhima menilai tidak akan ada perubahan. Menurutnya hal itu karena berdekatan dengan Pemilihan Umum (Pemilu) yang akan dilakukan pada Februari 2024.
"Untuk bbm subsidi mungkin menunggu hasil pemilu Februari 2024. Karena saat ini isu bbm menjadi isu yang populis," tukasnya.
Sebelumnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) buka suara terkait kondisi dunia yang tak baik-baik saja dengan memanasnya konflik antara Israel dan Hamas. Dia menyebut Indonesia bisa terdampak oleh tegangnya geopolitik di kawasan Timur Tengah itu.
Hal ini dikarenakan konflik yang berlangsung antara kedua kubu itu bisa berdampak terhadap harga BBM dunia dan tentunya bisa merembet ke kenaikan harga BBM Indonesia baik yang subsidi maupun yang non-subsidi.
"Saya tidak ingin menakut-nakuti, tapi bisa kejadian, kalau perang enggak selesai, harga BBM global pasti akan naik. Harga energi ini bisa naik gara-gara perang Palestina-Israel, harga energi tuh artinya bensin, Pertamax, Pertalite," ujar di Jakarta, Minggu (15/10/2023) lalu.
(SAN)