Menurut Eddy, hal ini mengindikasikan penurunan produksi yang sudah berlangsung sejak September 2022. Namun, diperkirakan akan segera berakhir.
Selain itu, produksi PKO juga sedikit turun dari 370 ribu ton pada Januari 2023 menjadi 369 ribu ton pada Februari 2023.
Total volume ekspor juga mengalami penurunan dari 2.946 ribu ton di bulan Januari 2023 menjadi 2.912 ribu ton di bulan Februari 2023. Sehingga, apabila kondisi demikian dibiarkan berlarut, maka dikhawatirkan juga bisa berdampak pada devisa negara.
"Jadi makanya perlu melakukan percepatan program PSR (Peremajaan Sawit Rakyat) jangan sampai ke depan yang dikorbankan adalah devisa, artinya espor dikurangi karena untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri," lanjutnya.