Bagi warga Tripoli, Sahar Yahya, keadaan tersebut juga mendorong dia dan banyak temannya untuk mencari merek yang lebih murah dan memotong barang-barang rumah tangga lainnya.
“Produk menstruasi adalah prioritas, jadi kami mengubah merek yang kami gunakan. (Kami) mencari yang lebih murah. Secara umum, keluarga Lebanon mengubah prioritas mereka. Kami memotong produk yang tidak perlu untuk membeli barang-barang penting,” ungkap Yahya.
“Harga (produk menstruasi) naik 10 kali lipat. Ini meningkat dari hari ke hari, menurut nilai tukar dolar. Pembalut digunakan untuk menjadi 4.000 lira Lebanon. Sekarang, harganya menjadi 28.000 karena pertukaran dolar,” papar dia.
Dawrati dan organisasi lokal lainnya secara teratur menyumbangkan peralatan menstruasi untuk wanita di seluruh Lebanon.
Jika inflasi berlanjut pada tingkat saat ini, pada akhirnya tidak ada yang mampu membagikan paket-paket kebutuhan pokok.
(IND)