sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Kunjungan Biden ke Ukraina, Anomali Bantuan USD500 Juta di Tengah Ancaman Resesi AS

Economics editor Maulina Ulfa - Riset
21/02/2023 18:00 WIB
Presiden AS Joe Biden tiba-tiba melakukan kunjungan mendadak, ke Ukraina pada Senin (20/2/2023).
Kunjungan Biden ke Ukraina, Anomali Bantuan USD500 Juta di Tengah Ancaman Resesi AS. (Foto: president.gov.ua)
Kunjungan Biden ke Ukraina, Anomali Bantuan USD500 Juta di Tengah Ancaman Resesi AS. (Foto: president.gov.ua)

Sebelumnya, AS disebut akan mengirim senjata militer dan bantuan lain ke Ukraina senilai USD3,75 miliar didukung oleh NATO.

Namun, setelah Kongres mengalokasikan lebih dari USD112 miliar untuk dukungan militer dan ekonomi dalam waktu satu tahun, serta tanpa ada tanda-tanda berakhirnya konflik, jajak pendapat menunjukkan semakin banyak masyarakat AS merasa bahwa Biden terlalu banyak memberi Ukraina bantuan. (Lihat grafik di bawah ini.)

Sentimen itu telah memicu seruan untuk pengawasan lebih lanjut tentang bagaimana bantuan AS digunakan di negara yang dikenal bersih dari korupsi tersebut.

"Ketakutan terbesar saya adalah akan ada skandal. Entah senjata muncul di Timur Tengah, di tempat yang tidak seharusnya, atau beberapa oligarki ditemukan telah menyedot dana dan berlayar di sekitar Mediterania dengan kapal pesiarnya, dibayar oleh pembayar pajak Amerika," kata Mark Cancian, pakar pengadaan militer yang pernah bekerja di Kantor Manajemen dan Anggaran Pentagon, dikutip NPR, Senin (20/2).

Adapun menurut CSIS, anggaran keamanan nasional AS memang cukup besar lebih dari USD800 miliar. Anggaran ini termasuk untuk senjata nuklir dan bantuan keamanan.

The Congressional Budget Office memperkirakan total anggaran federal AS akan menghasilkan pengeluaran mencapai USD5,87 triliun pada Tahun Anggaran 2023, dari anggaran tahun sebelumnya sebesar 4,79 triliun.

Padahal, ekonomi paman Sam masih berjuang untuk lepas dari inflasi yang tinggi dan ancaman resesi. Bantuan ekonomi perang ini menjadi anomali di tengah kondisi yang ada.

Dilaporkan Departemen Tenaga Kerja AS, indeks harga konsumen (IHK) utama AS mencapai 6,4% secara year on year (yoy). Angka ini memang menurun dari level inflasi sebelumnya sebesar 6,5% namun cukup tipis.

Meskipun menurun, inflasi AS masih belum sesuai harapan bank sentral The Federal Reserve sebesar 2%.

Terlebih, belum ada tanda-tanda perang akan berakhir bagi Rusia dan Ukraina. Ini bisa jadi akan jadi boomerang bagi perekonomian dunia di mana dengan semakin besarnya bantuan, maka semakin lama perang berlangsung. Dan ini semakin memperburuk guncangan ekonomi global. (ADF)

Halaman : 1 2 Lihat Semua
Advertisement
Advertisement