“Itulah yang menjadikan laba terdongkrak luar biasa. Karena disatu sisi efisiensi terjadi. Karena untuk kelapa sawit sendiri sampai dengan bulan Juni itu turun harga pokok produksi 14 persen. Jadi karena adanya volume produktivitas naik maka biaya produk turun. Itu tidak pernah terjadi selama ini,” terang Ghani.
Kemudian, ia juga menerangkan, kinerja komoditas tebu sampai dengan Juni 2021 menorehkan hasil yang baik. Tercatat produktivitas naik 107 persen. “Sampai dengan bulan Juni, Tebu kami (pencapaiannya) juga sudah diatas tahun lalu, Pak. Target kami sampai akhir giling nanti, kami akan menghasilkan 800 ribu ton gula,” imbuhnya.
Sementara itu, berbeda dengan hasil perkebunan karet. Dimana karet, mengalami penurunan karena adanya pergeseran musim dan penyakit. Terkait hal itu, Ghani menyebut bahwa dalam waktu ke depan, terutama perkebunan karet di Sumatera Utara akan dikonversi menjadi perkebunan kelapa sawit. Sedangkan, pada wilayah Sumatera Selatan akan di konversikan pada perkebunan tebu.
“Ini kami lakukan untuk memperkuat landasan tebu untuk memproduksi gula nasional, Pak,” tambahnya.
Sedangkan untuk komoditas kopi, Ghani menyebut pasarnya sangat bagus. Hanya saja yang menjadi masalah pada komoditas satu ini ada pada produktivitas. Maka, guna mengatasi persoalan tersebut, pihaknya akan melakukan sistem tanam ulang supaya produktivitasnya meningkat.