“Alibaba mencapai kuartal yang solid seiring kami terus melaksanakan reorganisasi yang sedang dimulai melepaskan energi baru di seluruh bisnis kami,” kata Daniel Zhang, Chairman dan Chief Executive Officer Grup Alibaba.
Toby Xu, Chief Pejabat Keuangan Grup Alibaba menambahkan, momentum bisnis yang kuat dan fokus pada efisiensi operasional di seluruh bisnis, Alibaba mencapai kinerja keuangan yang kuat pada kuartal kedua tahun ini.
Alibaba juga disebut akan mempertajam fokus strategi bisnis tahun ini pada dua tema utama. Di antaranya “mengutamakan pengguna” dan “pemanfaatan kecerdasan buatan”, menurut CEO baru Alibaba, Eddie Wu Yongming.
“Ketika model internet tradisional menjadi semakin homogen dan menghadapi tekanan kejenuhan yang kompetitif, teknologi baru seperti AI muncul sebagai mesin baru pertumbuhan bisnis global. Kami akan mengkalibrasi ulang operasi kami berdasarkan dua strategi inti ini dan membentuk kembali prioritas bisnis kami,” kata Wu dilansir South China Morning Post, 12 September 2023
Persaingan E-commerce Makin Ketat
Era bisnis e-niaga menuntut persaingan yang semakin ketat terutama di Asia Tenggara.
Sea Ltd yang merupakan induk Shopee beberapa waktu lalu mengatakan kepada investornya bahwa perusahaan yang dipimpin oleh Forrest Li akan ‘meningkatkan kembali’ investasi untuk mengejar pertumbuhan bisnis e-commerce nya.
Langkah ini diambil setelah kinerja keuangan sang induk Shopee kembali kurang memuaskan pada kuartal kedua tahun ini.
Pada Selasa, 15 Agustus lalu, perusahaan melaporkan pendapatan yang meleset dari ekspektasi analis, yaitu USD3,1 miliar versus USD3,2 miliar yang diharapkan menurut perkiraan konsensus Refinitiv.
Sementara sebagai pemain baru, TikTok secara agresif mendapatkan daya tariknya di kancah e-commerce Asia Tenggara.
Platform video pendek, yang dimiliki oleh raksasa teknologi China ByteDance ini menawarkan fitur ritel digital yang dikenal sebagai TikTok Shop, yang memulai debutnya di 10 negara anggota ASEAN pada tahun 2021.
Sejak itu, perkiraan pendapatan kotornya telah meningkat di mana nilai barang dagangan (GMV) naik tujuh kali lipat.
Sentimen konsumen di Asia Tenggara juga mengalami perubahan, menurut survei yang dilakukan oleh perusahaan riset Cube Asia.
Survei tersebut mengungkapkan bahwa pembelanjaan konsumen di TikTok Shop mengurangi pembelanjaan mereka di Shopee (-51 persen), Lazada (-45 persen), dan Offline (-38 persen) di Indonesia, Thailand, dan Filipina.
Guna menghadapi persaingan ini, pemerintah Indonesia akhirnya resmi melarang praktik social commerce dalam fitur TikTok Shop.
Fitur ini akan melarang penjual untuk melarang platform media sosial TikTok. Hal ini sejalan dengan Permendag No. 50/2020 tentang Ketentuan Perizinan Usaha, Periklanan, Pembinaan, dan Pengawasan Pelaku Usaha dalam Perdagangan Melalui Sistem Elektronik yang resmi direvisi.
Fakta ini membuat persaingan e-commerce semakin panas di Indonesia di mana akan menguntungkan platform lain seperti Lazada. (ADF)