"Misal Jakarta kecenderungannya meningkat karena ada Tanjung Priok, tapi kecenderungannya kecil karena berbatasan daratnya jauh," jelas dia.
"Kalau nanti di Nusantara, kecenderungan meningkatnya karena mendekati perbatasan darat, pelabuhan terdekatnya, yang terbesar, Makassar dan Morowali," lanjut dia.
Lebih jauh dijelaskan Andi, melihat topografi, ketika terjadi perang di ibukota negara, akan bersifat perang dirgantara. Hal itu lantaran kondisi sekitar Nusantara yang dinilai lebih memungkin adanya perang udara dibanding perang darat dan laut.
"Dengan melihat topografi ini pertempuran pertama dan utama di ibukota Nusantara, sifatnya akan pertempuran dirgantara, pertempuran udara," beber dia.
Tantangan yang dihadapi, jelas dia, lokasi Nusantara sendiri berada di radius serangan rudal hipersonik dari negara-negara besar. Sementara sampai saat ini, belum ad negara yang mampu menghentikan rudal jenis itu.