“Kita juga mensyukuri pertumbuhan ekonomi kita yang resiliensi dan juga terjaga dari sisi inflasi yang rendah. Indonesia di dalam situasi dunia yang masih bergumul dengan tekanan inflasi yang relatif tinggi,” paparnya.
Pertumbuhan makro ekonomi nasional Indonesia di level 5 persen, lanjut dia, juga mampu menurunkan tingkat pengangguran dan kemiskinan. Menurutnya, hal ini menunjukan adanya inklusivitas.
“Karena tidak hanya melihat dari sisi headline growth, tapi kita juga melihat pada quality dan share-nya terhadap equality, yaitu dari sisi tingkat pengangguran dan kemiskinan,” jelas dia.
Tak hanya itu, Sri Mulyani menyebut APBN masih bekerja keras karena tekanan global yang kuat dan bisa melemahkan pertumbuhan ekonomi nasional. Meskipun begitu, APBN masih terjaga kesehatanya dan berkelanjutan (sustainable).
“APBN kita bekerja luar biasa keras pada masa-masa pandemi dan pasca pandemi, pada saat tekanan global masih sangat kuat yang bisa melemahkan pertumbuhan ekonomi,” katanya.