Di sisi lain, Indonesia diprediksi masih dapat meredam laju inflasi, yang diprediksi akan berada pada 5,25% hingga akhir tahun. Masih terbuka kemungkinan bank sentral AS akan menaikkan kembali suku bunga kebijakan mereka atau FFR meningkat inflasi yang masih berada jauh di atas target.
Hal ini diprediksi masih akan memicu volatilitas pasar global, yang juga akan berdampak kepada pasar finansial di Indonesia. Rully bilang, tekanan terhadap Rupiah masih akan tetap tinggi, apalagi disertai dengan sentimen negatif terhadap emerging market, yang disebabkan memburuknya kondisi ekonomi Tiongkok.
“Dalam memitigasi risiko tekanan terhadap Rupiah, Bank Indonesia bersama pemerintah telah melakukan berbagai kebijakan untuk memperkuat sektor finansial di dalam negeri dan sekaligus mengurangi ketergantungan terhadap USD sehingga dapat memitigasi risiko fluktuasi di masa yang akan datang,” ujar Rully.
Harga CPO sudah naik menjadi di kisaran 3.800 Ringgit Malaysia per ton sejak Juni hingga beberapa hari terakhir ini. Sejak awal tahun, rerata harga CPO berada pada kisaran 3.900 Ringgit Malaysia per ton dan sudah turun sekitar 12%.
Sementara, harga CPO sempat turun hingga kisaran 3.300 Ringgit Malaysia per ton di Juni, namun kembali naik hingga awal bulan ini.