IDXChannel - Kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) menuai pro dan kontra. Adapun langkah tersebut diambil pemerintah untuk mengurangi beban APBN dan agar subsidi BBM ke depannya lebih tepat sasaran.
Mantan Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Muliaman Darmansyah Hadad, menilai naiknya harga Bahan Bakar Minyak (BBM) justru menyelamatkan Indonesia dari ancaman resesi.
Resesi global menjadi ancaman pada 2023 imbas naiknya harga energi, inflasi, serta naiknya suku bunga acuan di berbagai negara.
Sementara itu, subsidi BBM yang terlalu besar akan semakin memberatkan pemerintah saat resesi terjadi.
"Subsidi yang begitu besar ini kan memberatkan budget pemerintah, bahkan pada tingkat tertentu akan menyulitkan pemerintah, sehingga mengganggu kredibilitas. Ini yang menjadi perhatian agar budget itu seimbang dari dua sisi (penerimaan dan permintaan)," ujar dia dalam diskusi 'Seberapa Menyeramkan Resesi Eropa Tahun Depan' dikutip dari channel YouTube LPPI, Senin (24/10/2022).
Ia menilai kebijakan kenaikan harga BBM sudah dipertimbangkan secara matang. Keputusan tersebut berdasarkan pertimbangan ekonomi global yang sedang tidak stabil, naiknya harga komoditas, inflasi di berbagai negara, dan konflik geopolitik.
Muliaman yakin bahwa pemerintah sudah melakukan kalibrasi sebelum memutuskan kenaikan harga BBM. Pemerintah sudah mempertimbangkan harga yang akan dinaikkan supaya tidak mengganggu daya beli masyarakat.
“Menurut saya pemerintah sudah optimal, karena sudah melakukan kalibrasi mengenai kenaikan harga agar tidak terlalu mengganggu daya beli masyarakat, sehingga keputusannya seperti saat ini,” ungkap dia.
Ancaman resesi 2023 akan menjadi tekanan bagi semua negara. Indonesia sendiri diperkirakan bakal mengalami perlambatan pertumbuhan ekonomi.
Muliaman menyatakan bahwa sudah ada tanda-tanda dampak resesi ekonomi bagi Indonesia. Namun, dampaknya akan parah atau tidak tidak dapat memastikan. (NIA)
Penulis: Ahmad Dwiantoro