sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Mau Gabung BRICS, Ini Dampak Positif dan Negatifnya Buat RI

Economics editor Anggie Ariesta
28/10/2024 15:37 WIB
Indonesia berniat untuk bergabung dengan kelompok BRICS. Apa untung ruginya buat Indonesia?
Mau Gabung BRICS, Ini Dampak Positif dan Negatifnya Buat RI (foto mnc media)
Mau Gabung BRICS, Ini Dampak Positif dan Negatifnya Buat RI (foto mnc media)

IDXChannel - Indonesia berniat untuk bergabung dengan kelompok BRICS atau kelompok negara-negara berkembang yang terdiri dari Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan (South Africa).

Niatan ini sesuai dengan arahan Presiden Prabowo Subianto yang dibuktikan lewat pernyataan resmi Menteri Luar Negeri Sugiono saat menghadiri KTT BRICS di Kazan, Rusia, pekan lalu.

BRICS ingin melakukan terobosan dari yang paling ekstrem, yaitu dedolarisasi dengan membentuk mata uang alternatif pengganti USD atau dolar AS.

Pengamat Perbankan dan Praktisi Sistem Pembayaran, Arianto Muditomo mengatakan, tidak mudah melawan atau menggantikan hegemoni dolar AS. 

Mata uang BRICS perlu waktu untuk dapat digunakan sebagai mata uang internasional sebagaimana uang EURO saat awal dimunculkan hingga akhirnya Inggris menyatakan keluar dari Masyarakat Ekonomi Eropa (MEE).

"Masuknya Indonesia dalam BRICS justru bisa dilihat sebagai perluasan jaringan internasional Indonesia sebagai perwujudan hubungan politik bebas aktif. Kesetaraan sebagai sesama negara berkembang dalam BRICS akan membuka kesempatan peluang kerja sama beragam bidang," jelas Arianto kepada MNC Portal, Senin (28/10/2024).

Menurut Arianto, khusus dalam bidang ekonomi, tidak dipungkiri bahwa China sebagai salah satu negara BRICS telah sangat dominan berbisnis dengan Indonesia, seperti investasi China ke Indonesia meningkat sangat pesat dalam 10 tahun terakhir, selain juga perdagangan yang sangat besar.

"Peluang pertumbuhan semacam ini tentunya menjadi salah satu yang diharapkan Indonesia terwujud dari Rusia, India, Brasil, UAE, dan lainnya yang adalah anggota BRICS ini," katanya.

Selain itu, menurut Arianto, BRICS akan lebih optimal ketika pertukaran mata uang sudah aman dengan landasan hukum yang juga kuat.

"Mata uang BRICS akan optimal digunakan saat pasar uang dunia tersedia untuk memastikan pertukaran mata uang tersebut aman, andal dan dilengkapi dengan perangkat transaksi dan hukum yang kuat," ujar Arianto.

Terpisah, Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), Purbaya Yudhi Sadewa menilai, dengan adanya BRICS harus dipertimbangkan dengan hati-hati karena ada dua dampak yang akan ditimbulkan.

"Karena ada dampak positif, ada dampak negatif. Kalau kita lihat lawannya BRICS kan Barat, kita di posisi mana? Apakah kita unaligned seperti zaman non-block? Apakah kita Timur, apa Barat? Kita pikir harus dipertimbangkan dengan baik supaya dampaknya ke kitanya seimbang," ujar Purbaya.

(Fiki Ariyanti)

Halaman : 1 2 3
Advertisement
Advertisement