IDXChannel – Indonesia akhirnya mengutarakan keinginan untuk bergabung dengan kelompok BRICS. Niatan itu dibuktikan lewat pernyataan resmi Menteri Luar Negeri Sugiono saat menghadiri KTT BRICS di Kazan, Rusia, pekan ini.
Selain Indonesia, ada tiga negara di Asia Tenggara (ASEAN) lainnya yang juga melakukan langkah yang sama. Mereka adalah Malaysia, Thailand, dan Vietnam. Saat ini keempat negara itu baru mendapat status sebagai mitra BRICS, belum anggota secara definitif.
BRICS adalah blok ekonomi yang beranggotakan negara-negara berkembang (developing countries) utama dunia. Nama kelompok itu diambil dari akronim negara-negara yang menjadi anggota sekaligus inisiatornya, yakni Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan.
Lantas muncul pertanyaan, jika Indonesia dan para negara sahabat di ASEAN bergabung dengan BRICS, apakah itu akan menggeser dominasi dolar AS (USD) di kawasan ini? Lebih jauh lagi, akankah terjadi dedolarisasi besar-besaran dalam ekosistem perdagangan internasional?
Direktur Eksekutif Center of Reform on Economic (CORE), Mohammad Faisal menilai, masuknya empat negara Asia Tenggara menjadi 13 mitra baru BRICS tidak serta-merta menghilangkan dominasi mata uang Amerika Serikat, sekalipun langkah dedolarisasi bisa dilakukan. Menurut dia, Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan, yang notabene inisiator BRICS sekalipun masih menggunakan USD saat melakukan perdagangan global.