IDXChannel - Perhelatan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) ke 43 sebentar lagi digelar. Dalam acara elite ini, Indonesia mengemban tugas sebagai tuan rumah sekaligus Keketuaan ASEAN 2023.
KTT ASEAN ke-43 akan mendatangkan 27 pemimpin negara dan organisasi internasional. Di antaranya, termasuk pemimpin negara peserta EAS, pemimpin Pacific Island Forum (PIF), pemimpin Indian Ocean Rim Association (IORA), serta Direktur Eksekutif Dana Moneter Internasional (IMF) dan Bank Dunia.
Adapun tema Keketuaan Indonesia di ASEAN 2023 adalah ASEAN Matters: Epicentrum of Growth.
Rangkaian KTT ini menjadi harapan sekaligus tantangan bagi organisasi regional Asia Tenggara tersebut selama 43 tahun berdiri. Terutama di sektor perdagangan dan ekonomi di tengah suramnya kondisi global saat ini.
ASEAN, Poros Perdagangan Global Baru
Lanskap perdagangan global telah terguncang oleh pandemi Covid-19, ketegangan geopolitik, meningkatnya proteksionisme, dan pengetatan pembatasan terhadap produk-produk teknologi.
Namun, posisi ASEAN terbilang berbeda dibandingkan wilayah lainnya. Asia Tenggara menjadi salah satu titik cerah dan menjadi salah satu zona pertumbuhan terbesar serta dinamis secara global.
International Monetary Fund (IMF) memproyeksi pertumbuhan global hanya 2,7 persen pada 2023, turun dibandingkan proyeksi 2022 sebesar 3,2 persen, dan 6 persen pada 2021.
Namun, pertumbuhan kawasan ASEAN masih berada di atas pertumbuhan rata-rata dunia.
Laporan IMF bahkan menunjukkan, dalam satu dekade terakhir, rata-rata pertumbuhan tahunan ASEAN mencapai 3,98 persen, di atas rata-rata pertumbuhan ekonomi global sebesar 2,6 persen.
"Fundamental ekonomi ini menunjukkan ketahanan ASEAN terhadap guncangan global serta konsistensi perkembangan ekonomi kawasan untuk menjadi pusat pertumbuhan (epicentrum of growth)," ujar Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dalam Konferensi Pers Penutupan the 10th ASEAN Finance Ministers and Central Bank Governors Meeting (AFMGM) di Jakarta, Jumat (26/8/2023).
Pertumbuhan ekonomi di ASEAN tidak terlepas dari performa perdagangan kawasan ini.
Berdasarkan data perdagangan BCG Consulting, sepanjang 2017 hingga 2021, perdagangan di wilayah ASEAN tumbuh sebesar 33 persen per tahun di saat perdagangan global tumbuh hanya 24 persen pada periode yang sama.
Bahkan perdagangan China dengan Amerika Serikat (AS) saja hanya meningkat sebesar 6 persen sepanjang tahun 2017 hingga 2022.
Namun perdagangan ASEAN dengan AS melonjak sebesar 98 persen selama periode yang sama. Sementara perdagangan bilateral antara ASEAN dan China tumbuh sebesar 95 persen.
Kawasan ASEAN juga merupakan pasar yang sangat besar. Hal ini terindikasi dari besarnya populasi gabungan sebesar 685 juta jiwa.
Juga besarnya nominal Produk Domestik Bruto (PDB) gabungan kawasan ini yang mencapai USD3,6 triliun.
Sejumlah potret ini menunjukkan keunggulan ekonomi kawasan ini dan menjadikannya sebagai daya tarik yang kuat.
Lebih dari dua pertiga penduduk di kawasan ini adalah usia angkatan kerja. Jumlah rumah tangga berpendapatan menengah diproyeksikan juga akan tumbuh sekitar 5 persen setiap tahunnya selama sisa dekade ini.
PDB gabungan ASEAN diproyeksikan tumbuh hampir 4,6 persen per tahun selama periode tersebut.
Pada 2031, BCG juga memperkirakan perdagangan ASEAN akan tumbuh rata-rata sebesar 3,5 persen hingga 5 persen. Sementara perdagangan global diproyeksikan hanya tumbuh sebesar 2,5 persen per tahun pada periode yang sama.
Di periode yang sama, BCG juga memperkirakan ekspor ASEAN akan melonjak hampir 90 persen.
BCG juga memproyeksikan bahwa perdagangan bilateral antara ASEAN dengan AS akan mengalami peningkatan sebesar USD236 miliar. Gabungan perdagangan kawasan ini dengan Uni Eropa juga diperkirakan akan meningkat sebesar 69 persen pada 2031.
Sektor Ekonomi Kunci ASEAN
ASEAN juga berpotensi sebagai sebuah perekonomian tunggal layaknya Uni Eropa. ASEAN digadang bisa menjadi blok perdagangan yang diramalkan akan menjadi yang terbesar keempat di dunia pada 2030.
Keberagaman ekonomi ASEAN juga memiliki keunggulan strategis, terutama dari komoditas-komoditas yang dihasilkan.
Menurut BCG Consulting, wilayah ini merupakan produsen utama di berbagai sektor seperti pertanian, pertambangan, barang konsumsi, industri berat, jasa teknologi, dan semikonduktor.
Sektor pertanian bisa dibilang menjadi andalan di ASEAN. Beberapa negara di ASEAN merupakan sejumlah produsen terbesar komoditas pertanian seperti beras, kelapa sawit, hingga gula.
Malaysia dan Indonesia adalah eksportir minyak sawit dan karet, Filipina adalah eksportis utama minyak kelapa, Sementara Thailand merupakan eksportir utama serelia seperti beras dan gula.
Data United States Department of Agriculture (USDA) menemukan, Indonesia dan Malaysia adalah produsen minyak sawit terbesar di dunia.
USDA memproyeksikan produksi CPO Indonesia bisa mencapai 45,5 juta metrik ton (MT) pada periode 2022/2023 dan produksi CPO Malaysia 18,8 juta MT. (Lihat grafik di bawah ini.)
Jika digabungkan, duo Indonesia-Malaysia menguasai 83 persen dari produksi CPO global, yang totalnya diperkirakan mencapai 77,22 juta MT pada periode 2022/2023.
ASEAN juga merupakan produsen komoditas tambang seperti batu bara, nikel, emas, tembaga, timah, dan lainnya. Indonesia adalah salah satu produsen utama sektor pertambangan dan mineral.
Market size semikonduktor ASEAN mencapai USD26,91 miliar pada tahun 2020 dan diperkirakan akan mencapai USD41,88 miliar pada 2028, dengan CAGR 6,1% dari tahun 2018 hingga 2026.
Dalam hal ekspor global 2021, ASEAN menyumbang 17 persen produk elektronik konsumen, 12 persen produk pakaian jadi, dan 9 persen produk otomotif.
ASEAN juga masih menjadi pasar strategis bagi Indonesia. Pangsa ekspor non-migas sepanjang Januari hingga Juli tahun ini mencapai 18,83 persen atau terbesar kedua. (Lihat grafik di bawah ini.)
BCG memperkirakan bahwa kawasan ini dapat menghasilkan tambahan output manufaktur hingga USD3 triliun, meningkatkan investasi asing langsung tahunan hingga USD115 miliar, dan menciptakan 730.000 lapangan kerja baru.
"Tentunya penguatan ASEAN bisa tercapai karena adanya keterlibatan dan kerja sama dengan sektor privat yang menjadi aktor utama dari perdagangan di ASEAN," kata Mendag Zulkifli Hasan dalam Pertemuan Konsultasi Para Menteri Ekonomi ASEAN (AEM) dengan Dewan Penasihat Bisnis ASEAN (ASEAN Business Advisory Council/ASEAN-BAC), atau AEM-ABAC Consultation, Sabtu (19/8/2023).
Potensi Keketuaan Indonesia
Indonesia bisa memperoleh posisi strategis dalam memimpin Keketuaan ASEAN 2023. Indonesia bisa memperkuat posisi ASEAN sebagai pusat pertumbuhan ekonomi kawasan.
Indonesia menjadi salah satu negara dengan pertumbuhan PDB tertinggi hingga kuartal II tahun ini sebesar 5,17 persen. Bahkan, di saat negara-negara ASEAN lainnya mengalami penurunan pertumbuhan PDB. (Lihat grafik di bawah ini.)
Bagi Indonesia, tren ini positif dan patut dipertahankan melalui Keketuaan Indonesia. Tentu dengan pertumbuhan sebesar itu, negara-negara yang tergabung di organisasi multilateral kawasan akan dapat terdongkrak kesejahteraannya, juga dapat dirasakan manfaatnya secara langsung bagi masyarakat ASEAN.
Keketuaan Indonesia juga memberikan kesempatan bagi ASEAN untuk berperan aktif, menawarkan ide dan solusi untuk kepentingan perdamaian dan kemakmuran di kawasan.
“Ini adalah yang ke-4 kita memimpin ASEAN, kita ingin meletakkan landasan untuk kerja sama ASEAN yang sifatnya strategis ke depan. Untuk mencapai hal tersebut, maka di antaranya adalah [Indonesia] memperkuat kelembagaan ASEAN dan berbagai mekanisme kerjanya, termasuk bagaimana memperkuat sumber daya ASEAN,” ujar Direktur Jenderal Kerja Sama ASEAN Kementerian Luar Negeri (Kemlu) RI, Sidharto R Suryodipuro.
Untuk itu, sebagai ketua, Indonesia bisa mendorong dan memperkuat pemulihan ekonomi dan menjadikan Asia Tenggara sebagai mesin pertumbuhan dunia yang berkelanjutan.
Mengutip data IMF 2023, total produk domestik bruto (PDB) ASEAN sebesar USD3.909,93. Dengan posisi Indonesia terbesar mencapai USD1.390 miliar. (Lihat grafik di bawah ini.)
Dari gambaran di atas, Keketuaan Indonesia bisa dikatakan menjadi memontum yang tepat untuk membawa Kawasan ASEAN sebagai pusat pertumbuhan sesuai dengan tema ASEAN tahun ini.
Dengan tingkat pertumbuhan di atas kawasan regional lainnya, ASEAN tetap menjadi lokasi yang menarik bagi investasi asing, memberikan investor akses ke salah satu kawasan dengan pertumbuhan tercepat di dunia.
Salah satu contoh kepemimpinan RI di ASEAN adalah inisiatif pembayaran QR di kawasan ASEAN.
Hal ini tertuang dari kerja sama Bank Indonesia (BI) bersama Bank Negara Malaysia (BNM), Bangko Sentral ng Pilipinas (BSP), Monetary Authority of Singapore (MAS), dan Bank of Thailand (BOT) atau disebut ASEAN 5.
Lima bank sentral di ASEAN ini sepakat untuk memperkuat dan meningkatkan konektivitas sistem pembayaran lintas batas.
Dengan adanya kerja sama ini maka kelima negara ASEAN akan dapat saling terhubung dalam sistem pembayarannya, baik untuk pengiriman uang ke rekening bank atau dompet digital secara langsung, biaya yang sangat rendah, dan aman.
"Ini adalah kemajuan besar dan ini adalah sesuatu yang dapat ditunjukkan oleh ASEAN kepada dunia," ujar gubernur BI, Perry Warjiyo.
Kemajuan kerja sama keuangan ini nantinya juga bisa berdampak buat kemudahan perdagangan antar negara dan stabilitas nilai tukar yang lebih luas. (ADF)