sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Meneladani Nabi Muhammad SAW Berbisnis dengan Ikhlas

Economics editor Fariza Rizki
02/05/2021 08:43 WIB
Untuk menjadi sukses tidak cukup dengan itu, melainkan dibutuhkan juga etika yang baik dan sikap ikhlas.
Untuk menjadi sukses tidak cukup dengan itu, melainkan dibutuhkan juga etika yang baik dan sikap ikhlas. (Foto: MNC Media)
Untuk menjadi sukses tidak cukup dengan itu, melainkan dibutuhkan juga etika yang baik dan sikap ikhlas. (Foto: MNC Media)

Ikhlas berarti mampu membaca kemampuan diri sendiri jauh lebih baik daripada mengukur kemampuan orang lain, baik relasi maupun kompetitor. Sikap ini akan menjaga seorang individu atau pengusaha terlalu mengumbar janji yang berlebihan, karena dia akan dapat mengukur kemampuan diri sebelum melakukan sesuatu.

Sikap ikhlas akan membuat hidup lebih bersahaja. Jika pengusaha tidak memiliki kemampuan yang kompeten pada satu bidang atau potensi, sebuah perusahaan tidak mampu menaklukkan suatu segmen pasar. Maka dengan sikap ikhlas pengusaha tidak akan terbebani karena terlalu memaksakan diri. 

Ikhlas akan jadi penyeimbang dalam kehidupannya.
Selain itu, pengusaha juga harus bersiap diri ketika sudah mendapatkan kekayaan besar. Banyak buku yang memberikan cara-cara untuk menjadi kaya, namun mereka tidak memberikan panduan mengenai hal yang harus dilakukan setelah kita mendapatkan kekayaan.

Nabi Muhammad yang pada akhirnya menjadi penguasa jazirah Arab sesungguhnya memiliki kekayaan yang berlimpah. Namun dengan sikap ikhlasnya, dia lebih memilih sikap bersahaja untuk mendapatkan ketenangan batin. Sebuah hal yang sampai kapan pun tidak akan dapat dinilai dengan uang.

Nabi Muhammad yang pada akhirnya menjadi penguasa jazirah Arab sesungguhnya memiliki kekayaan yang berlimpah. Namun dengan sikap ikhlasnya, dia lebih memilih sikap bersahaja untuk mendapatkan ketenangan batin. Sebuah hal yang sampai kapan pun tidak akan dapat dinilai dengan uang.

Halaman : 1 2 3
Advertisement
Advertisement