Hal ini, lanjutnya, terindikasi dari rilis kinerja PMI Manufacturing yang mayoritas berada di zona ekspansif, di tengah rilis pertumbuhan ekonomi yang bervariasi, di mana sebagian berhasil mengalami akselerasi pertumbuhan, seperti India tumbuh 7%, Mexico tumbuh 3,3%; Rusia tumbuh 5,5%; dan Nigeria tumbuh 3,1%.
"Meski konsensus suku bunga di global dovish, potensi krisis masih terjadi. Kekhawatiran ini, terindikasi dari rilis perekonomian Eropa yang diperkirakan kembali terkontraksi berturut-turt dalam tiga kuartal, termasuk pada kuartal IV-2023," terangnya.
"Pemulihan perekonomian China yang masih belum signifikan, serta adanya probabilitas krisis di AS dalam 12 bulan ke depan yang mencapai 52%," Hosianna menambahkan.
Meski demikian, secara keseluruhan, dia melihat prospek perekonomian lebih menuju soft-landing. Dalam kondisi ini, Hosianna bilang, perekonomian global melambat, di mana perkiraannya oleh World Bank pertumbuhan global di 2024 dapat melambat ke 2,9% (2023 sebesar 3%), AS melambat ke 1,5% (2023 sebesar 2,1%), dan negara berkembang di Asia melambat ke 4,8% (2023 sebesar 5,2%).
Sementara prospek kinerja erekonomian AS, China, dan Jepang tetap dapat positif secara kuartal di 2024.
Proyeksi Ekonomi RI di 2024