sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Meneropong Nasib Ekonomi RI dan Global di Tahun Naga Kayu

Economics editor Fiki Ariyanti
31/12/2023 12:52 WIB
Tahun 2023 telah berakhir, dan kini seluruh warga dunia akan menyambut tahun baru 2024. Bagaimana ekonomi Indonesia di tahun Naga Kayu?
Meneropong Nasib Ekonomi RI dan Global di Tahun Naga Kayu (Foto MNC Media)
Meneropong Nasib Ekonomi RI dan Global di Tahun Naga Kayu (Foto MNC Media)

IDXChannel - Tahun 2023 telah berakhir, dan kini seluruh warga dunia akan menyambut tahun baru 2024. Dalam kalender China, tahun 2024 adalah tahun Naga Kayu.

Analis Panin Sekuritas, Hosianna E. Situmorang menjelaskan, perlambatan ekonomi di global cenderung tidak dapat terhindarkan. Hal ini dikarenakan dampak lanjutan dari tingginya suku bunga yang telah terjadi dan mendorong ternormalisasinya permintaan dan kenaikan upah tenaga kerja. 

"Tercermin dari catatan inflasi AS yang telah turun ke 3,1% YoY per November 2023, dan inflasi inti AS merosot ke 4% YoY, di mana posisi inflasi inti ini telah turun ke level terendahnnya dalam dua tahun terakhir," kata dia dalam risetnya, Jakarta, dikutip Minggu (31/12/2023).

Penurunan inflasi di global, sambungnya, juga turut dipengaruhi oleh berakhirnya supply-chain disruption. Namun sinyal perlambatan di AS ini, terindikasi dari perlambatan job openings yang terus melambat di sepanjang 2023.

Selain itu, AS ISM Manufacturing yang mengindikasikan akan prospek perekonomian yang melambat, di mana indeks ini masih terus terkontraksi sejak tren kenaikan suku bunga The Fed di 2022,

Sementara, indikasi perlambatan juga masih datang dari prospek pemulihan ekonomi China yang masih tertahan, terpantau dari perkembangan PMI Manufacturing yang masih berfluktuasi di zona ekspansif dan kontraksi.

Yang menjadi perhatian, diakui Hosianna, adalah posisi dari new orders dan new export order dari komponen penyusun PMI Composite yang masih cenderung terkontraksi di level 48.

Di samping itu, menurutnya, harga komoditas masih akan lemah seiring perlambatan di global. Meski memang, dari arah kenaikan suku bunga yang sudah puncak dan menyongsong potensi pemangkasan suku bunga, maka telah mendorong penguatan harga emas kembali ke level USD2.000-an per troy ons, dan sempat mencetak rekor tertinggi baru ke USD2.100 per troy ons. 

"Implikasi dari perkiraan harga komoditas yang cenderung hanya akan bergerak moderat, namun terpantau kinerja perekonomian di emerging country tetap solid," paparnya.

Halaman : 1 2 3
Advertisement
Advertisement