Menurut Hosianna, prospek perekonomian domestik solid meski berpotensi sedikit melambat. Sinyal perlambatan ini terindikasi dari rilis pertumbuhan ekonomi per kuartal III-2023 yang sedikit di bawah konsensus dan melambat ke 4,94% YoY (Cons tumbuh 5% dan kuartal II-2023 sebesar 5,17%).
"Kami melihat laju konsumsi juga relatif flat. Dampak kenaikan suku bunga BI sebanyak 25 bps menjadi 6% dalam rangka menjaga nilai tukar cenderung menjadi pemberat, terlebih kebijakan fiskal untuk belanja pemerintah yang terkontraksi 4,7% YoY, defisit APBN hanya sebesar 0,03% dari PDB atau Rp700 miliar per Oktober 2023," tuturnya.
Ke depan, kata dia, arah suku bunga di global dapat turun di akhir semester I-2024, maka akselerasi aktivitas perekonomian cenderung di semester II-2024.
"Kemungkinan adanya penurunan suku bunga The Fed ke kisaran 4,5%-3,75% akan berdampak positif ke perekonomian domestik. Bank Indonesia (BI) juga dapat memangkas suku bunganya hingga ke 5,25% seiring stabilnya nilai tukar di Rp15.500 per USD di tengah arah pertumbuhan ekonomi domestik yang diperkirakan berkisar 4,9%-5,1%," imbuh Hosianna.
(FAY)