"Nilai ekspor udang negara-negara ASEAN sekitar 16,5% dari total ekspor dunia yang sebagian besar berasal dari Indonesia, Vietnam, Thailand, kondisi serupa juga untuk produk rumput laut yang tersebar sepanjang garis pantai Indonesia dan Filipina," jelasnya.
Tidak hanya perikanan, ASEAN juga sentra produksi buah-buah tropis dan pertanian, seperti produksi nanas dunia sebesar 27% bersumber dari negara-negara di ASEAN. Secara rinci, Filipina 2,7 juta ton, Indonesia 2,4 juta ton, dan Thailand 1,5 juta ton.
"Tantangan berikutnya adalah bagaimana menyiapkan ekosistem usaha yang menumbuhkan dan memudahkan pelaku usaha mikro dan kecil di sektor pertanian dan perikanan untuk tumbuh dan naik kelas dengan berkoperasi dan kemitraan rantai pasok," kata Teten.
Peran ASEAN menjadi strategis sebagai platform bersama untuk memperkuat ekosistem inter dan antar UMKM koperasi di ASEAN. "Belum kita bicara soal kopi, Indonesia pemain nomor 3 dunia, kalau kita gabung dengan Vietnam kita bisa jadi nomor 2 dunia," imbuhnya.
Selain itu ada rempah-rempah, yang menurut Teten, menjadi juara di negara ASEAN. Dari sisi kuliner, sudah cukup terkenal makanan dari Thailand dan Vietnam, sementara Indonesia juga cukup terkenal tapi belum go global.
Dia mengatakan ASEAN juga menjadi epicentrum ekonomi digital dunia. Tercermin dari pangsa pasar ekonomi digital ASEAN pada 2022 mencapai USD200 miliar, naik menjadi USD330 miliar pada 2025 nanti.
“Diproyeksikan mencapai USD1 triliun pada tahun 2030. Indonesia sendiri diperkirakan sudah mencapai USD77 miliar pada tahun 2022 atau setara dengan 40% pangsa pasar ekonomi digital ASEAN," jelas Teten.
Nilai ini diperkirakan akan terus tumbuh mencapai USD360 miliar pada 2030, melampaui Vietnam sebesar USD120 miliar, Thailand USD100 miliar, dan Singapura USD40 miliar. Karena itu, dia mendorong platform bersama ASEAN menjadi sebuah kebutuhan menuju ekonom ASEAN lebih inklusif dan berkelanjutan ke depan.
(FRI)