IDXChannel - Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman meyakini kehadiran Biodiesel B50 dapat kemandirian energi dan mengurangi impor. Amran menyampaikan hadirnya Biodiesel B50 bisa menjadi kekuatan baru bagi Indonesia untuk menjadi negara yang produktif dan mandiri, mengingat Indonesia menguasai 58 persen pasar minyak sawit dunia.
"Jadi sudah jelas target kita adalah bersiap untuk implementasi penggunaan biodiesel B50. Melalui kegiatan soft launching ini akan menjadi catatan sejarah tersendiri sebagai pelopor implementasi B50 di tanah air," ujar Amran dilansir dari siaran pers Kementan, Senin (19/8/2024).
Amran memastikan pihaknya selalu mengawal kesiapan implementasi biodiesel B50 tersebut, tidak hanya dari sisi supply pada kesiapan bahan baku minyak sawit tetapi lebih luas lagi. Ke depan, B50 ditargetkan bisa diimplementasikan secara masif.
"B50 ini sangat penting, sangat strategis. Ini bisa dijadikan politik ekonomi untuk dunia. Saya ulangi, ini kekuatan kita. Yang menjadi krisis dunia sekarang adalah pangan dan energi. Itu solusinya ada di Indonesia," ujar Amran.
Amran menambahkan, energi terbarukan terus diimplementasikan Presiden Joko Widodo (Jokowi) sejak penggunaan B15 pada 2015, B20 pada 2019, B30 pada 2022, hingga B35 saat ini yang dijalankan sejak 2023.
Amran menceritakan bahwa pemerintah telah memulai inisiasi pemanfaatan minyak sawit pada program biodiesel sejak 2019 di mana terdapat prototipe pengembangan biodiesel yang terbuat dari 100 persen minyak kelapa sawit (B100).
Mentan yakin prototipe dan uji-uji biodiesel serupa telah banyak dijalankan oleh Kementerian/Lembaga teknis dan Industri biodiesel walaupun masih terbatas untuk memenuhi kebutuhan konsumsi sendiri.
Meski demikian, di sisi lain industri kelapa sawit Indonesia masih harus menghadapi berbagai tantangan di 2024. Dari sisi ekonomi global, ketidakpastian masih membayangi pertumbuhan ekonomi global khususnya negaranegara maju.
USA masih dilanda inflasi yang di atas target, China sebagai salah satu konsumen terbesar 2 minyak sawit juga masih bergulat dengan pelemahan ekonomi pasca Covid-19, begitu juga dengan Eropa di mana kondisi ekonominya melemah dengan defisit fiskal yang meningkat diiringi inflasi yang masih tinggi.