Namun, downside risks yang membayangi 2023 harus tetap diwaspadai. Pertama, adalah peningkatan tensi geopolitik dan inflasi global yang belum sepenuhnya jinak.
"Tingkat suku bunga akan masih relatif tinggi, pelemahan aktivitas ekonomi di China, Amerika Serikat (AS), dan Eropa, juga policy space yang semakin sempit baik itu secara fiskal dan moneter," kata Sri.
Sepanjang 2022, sebut dia, APBN bekerja keras menahan guncangan yang datang seiring datangnya tantangan yang tidak bisa diprediksi ataupun tidak direncanakan.
"Seperti perang, perang itu enggak ada yang memprediksi bakal terjadi di bulan Februari 2022 lalu di Ukraina, yang dampaknya merambat, lalu menyebabkan harga-harga pangan dan energi naik. APBN menjadi instrumen pelindung, shock absorber dari gejolak-gejolak itu," pungkas Sri. (NIA)