IDXChannel - Pergantian kepemimpinan yang terjadi di Jepang tidak akan membawa dampak berarti bagi Indonesia. Bahkan, negeri Sakura ini tetap menganggap negara ini sebagai sahabat.
Hal itu dikatakan oleh Duta Besar Jepang untuk Indonesia, Kanasugi Kenji. Di mana, baru-baru ini pemerintah Jepang telah mengangkat Perdana Menteri baru yakni Perdana Menteri, Kishida Fumio, yang menggantikan Yoshihide Suga yang mengundurkan diri.
Namun, dia menekankan, siapapun Perdana Menterinya, tidak akan mengubah pentingnya hubungan antara Indonesia-Jepang.
"Tenang saja, hubungan bilateral Indonesia-Jepang sangat penting dan akan tetap dijaga hingga masa depan nanti," ujar Kanasugi dalam wawancara eksklusif dengan MNC Portal Indonesia di Jakarta, Senin(11/10/2021).
Dia mengatakan bahwa belum diketahui perbedaan besar antara PM Kishida dan mantan PM Yoshihide, tetapi, menurut dia, PM Kishida ingin merevitalisasi perekonomian Jepang yang terpukul akibat pandemi Covid-19 dan menyelesaikan masalah income gap yang kian melebar sebagai imbas dari pandemi tersebut.
"Detail lebih lengkapnya masih belum diketahui, masih banyak debat antara pihak-pihak oposisi, kami masih melihat bagaimana hasil door election nanti," ungkap Kanasugi.
Sebelumnya, sempat dikabarkan di media-media Jepang bahwa ada orang-orang yang mengungkapkan ketidakpuasannya atas pemerintah sebelumnya dalam melawan pandemi Covid-19 di Jepang.
"Dalam pandangan saya, memang pandemi membuat ekonomi Jepang terpuruk, tetapi PM Suga berhasil melakukan distribusi vaksin dengan cepat di Jepang, sekarang 73% populasi rakyat Jepang mendapatkan paling sedikit satu dosis vaksin dan 63% sudah tervaksinasi penuh, semuanya dilangsungkan dengan sangat cepat," ungkap Kanasugi.
Jepang menggunakan vaksin Pfizer, Moderna, dan AstraZeneca, yang diterima oleh Kementerian Kesehatan Jepang. Selain itu, wilayah-wilayah metropolitan di Jepang juga sudah mulai lepas dari status state of emergency di akhir bulan lalu. "Jadi, kita bisa mengekspektasikan pemulihan ekonomi mulai sekarang. Kamj tidak menyebutnya sebagai lockdown, tapi state of emergency," tambahnya.
Kendati demikian, Kanasugi mengatakan bahwa Jepang tetap waspada dan menyiapkan langkah antisipatif, mengingat kasus Singapura dan AS yang rasio vaksinasinya sudah tinggi, tetapi masih ada angka kasus aktif yang meningkat tiap harinya.
"Kami mungkin masih harus bersiap untuk serangan Covid-19 yang lain, tetapi yang penting adalah bagaimana bisa menyeimbangkan pemulihan ekonomi dan kontrol atas pandemi, yang juga menjadi masalah serupa di negara-negara lain," pungkas Kanasugi. (TYO)