Alhasil, volume perdagangan migas nasional mengalami defisit 23,18 juta ton sepanjang 2022. Volume defisit tersebut meningkat 52,13 persen dibanding 2021 dan menjadi defisit terbesar sejak 2010. (Lihat grafik di bawah ini.)
Kondisi ini didukung dengan harga minyak dunia telah mengalami penurunan signifikan sejak akhir tahun lalu.
Pada Maret 2022, harga minyak melonjak ke level tertinggi sejak 2008 akibat perang Rusia-Ukraina. Penurunan harga minya tercatat terjadi sejak Agustus tahun lalu dan mencerminkan ketidakpastian pasar minyak karena sejumlah faktor ekonomi.
Pada 2022 nilai impor migas Indonesia juga melonjak 58,32 persen menjadi USD 40,42 miliar, sementara nilai ekspor migas hanya meningkat 30,8 persen menjadi USD 16,02 miliar.
Dengan demikian neraca perdagangan migas Indonesia juga mengalami defisit senilai USD 24,4 miliar pada 2022. Angka ini meningkat 83,69 persen dibanding nilai defisit 2021 yang hanya USD 13,28 miliar. (ADF)