IDXChannel - Pelaku usaha mikro kecil menengah kerupuk Gurita di Kabupaten Kaur, Provinsi Bengkulu, terpaksa menghentikan sementara usahanya lantaran kelangkaan dan mahalnya harga minyak goreng di daerah tersebut.
Menurut Asmawati, pelaku usaha kecil kerupuk Gurita di Desa Way Hawang, Kecamatan Make, Kabupaten Kaur, selain langka dan mahalnya harga minyak goreng, kenaikan biaya produksi juga disusul harga gurita, sebagai bahan dasar pembuatan kerupuk Gurita.
Ditambah lagi aliran listrik di daerah mereka tidak stabil sehingga bahan dasar Gurita tidak bisa disimpan di dalam frizer, kulkas.
"Dari Januari 2022, harga minyak goreng naik, ini berdampak pada usaha kerupuk Gurita yang saya geluti, makanya kami hentikan sementara untuk pembuatan kerupuk Gurita," kata Pelaku Usaha Kecil, Kerupuk Gurita, Desa Way Hawang, Kecamatan Maje, Kabupaten Kaur,
Asnawati, Rabu (2/3/2022).
Pennjualan kerupuk gurita milik Asnawati, dijual melalui online dan offline. Penjualannya sudah menembus sejumlah daerah di Pulau Jawa, dan sejumlah wilayah di Provinsi Bengkulu.
Sayangnya, sejak harga minyak goreng tak stabil ongkos produksi menjadi naik. Itu diiringi dengan naiknya harga gurita yang mencapai Rp55 ribu per Kilogram (Kg), sebelumnya harga Gurita kisaran Rp35 ribu per Kg di nelayan.
Kerupuk gurita milik Asnawati, dijual seharga Rp60 ribu per Kg. Harga itu ketika bahan baku normal. Untuk saat ini mahalnya gurita, langkanya minyak goreng Asnawati, tidak berani menaikkan harga.
"Listrik sering padam, sehari bisa beberapa kali, merusak barang elektronik usaha. Kami tidak bisa memiliki pendingin untuk membekukan Gurita, karena listrik tidak stabil sebabkan gurita menjadi busuk," jelas Asnawati.
(IND)