Faktor lain yang turut menahan laju pemulihan adalah cuaca ekstrem yang melanda berbagai daerah. Kondisi ini membuat wisatawan lebih berhati-hati dan cenderung memilih perjalanan jarak pendek atau bahkan menunda liburan.
"Dengan cuaca ekstrem itu tentu banyak traveler mungkin melakukan perjalanannya yang tidak terlalu jauh, atau yang tidak mengambil risiko. Jadi ini juga menjadi satu tantangan," kata Maulana.
Di sisi lain, berbagai stimulus yang disiapkan pemerintah, seperti diskon tiket pesawat, potongan tarif tol, hingga kebijakan work from home (WFH) dan work from anywhere (WFA), dinilai membantu menjaga pergerakan masyarakat, namun belum cukup kuat untuk mendorong pertumbuhan okupansi secara nasional.
Dengan kondisi tersebut, PHRI menilai peran libur Nataru tahun ini lebih sebagai penahan penurunan kinerja industri perhotelan dibandingkan sebagai katalis pertumbuhan.
"Makanya kita lihat nanti finalnya nanti setelah libur natal ini gimana sebenarnya. Apakah emang pergerakan itu meningkat atau menurun, dan seterusnya itu nanti kita bisa lihat nanti di sana," kata Maulana Yusran.
(Nur Ichsan Yuniarto)