sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Muncul Virus Langya di China, Berbahayakan Bagi Manusia?

Economics editor Kevi Laras
15/08/2022 10:55 WIB
Kemunculan virus baru bernama Langya atau disebut Langya henipavirus (LayV), memicu pertanyaan terkait dampaknya bagi kesehatan manusia.
Muncul Virus Langya di China, Berbahayakan Bagi Manusia?. (Foto: MNC Media)
Muncul Virus Langya di China, Berbahayakan Bagi Manusia?. (Foto: MNC Media)

IDXChannel - Kemunculan virus baru bernama Langya atau disebut Langya henipavirus (LayV), memicu berbagai pertanyaan di tengah masyarakat. Virus itu pertama kali teridentifikasi di China Timur dengan jumlah kasus 35 orang sejak 2018.

Lantas berbahayakah virus tersebut bagi manusia? Berikut penjelasannya.

Menurut ahli kesehatan Dr Fajri, virus Langya ini belum diketahui pasti hingga saat ini. Dia juga menyampaikan agar masyarakat tidak panik karena kasusnya, diketahui belum dipastikan menular antar manusia atau dari manusia ke manusia.

"Masih saudaraan sama (Hendra dan virus Henipa lain) nomor satu perlu dipahami, sejauh ini masih 35 orang di Cina Timur. Namun belum terbukti dapat menular sesama manusia. Jadi nggak usah panik dulu gitu," kata Dr Muhammad Fajri Adda’I, dokter relawan Covid-19 dan edukator kesehatan kepada MNC Portal, Minggu (14/8/2022)

Lebih lanjut, informasi yang dilansir dari Nature bahwa tidak ada hal yang perlu dikhawatirkan atas virus Langya ini. Namun masih perlu dipantau berkelanjutan.

"Tidak ada kebutuhan khusus untuk mengkhawatirkan hal ini, tetapi pengawasan berkelanjutan sangat penting,” kata Edward Holmes, ahli virologi evolusioner di University of Sydney di Australia, dikutip Senin (15/8/2022)

Pasien pertama dari virus Langya diketahui setelah melakukan metode genom LayV dari usap tenggorokan, yang diambil dari pasien pertama yaitu seorang wanita berusia 53 tahun. Virus itu dinamai menurut sebuah kota bernama Langya, di Shandong, tempat asalnya.

Selama masa penelitian, para peneliti menemukan 35 orang yang terinfeksi LayV, sebagian besar petani, dengan gejala mulai dari pneumonia berat hingga batuk. Sebagian besar pasien mengatakan dalam kuesioner, mereka terpapar binatang dalam waktu satu bulan setelah gejala mereka muncul.

Uniknya dalam penelitian, para peneliti tidak menemukan bukti kuat penyebaran LayV di antara orang-orang. Juga tidak ada kelompok kasus dalam keluarga yang sama, dalam rentang waktu singkat atau dalam jarak geografis yang dekat. 

“Dari 35 kasus, tidak ada satu pun yang terkait,” ujar Wang.

(FRI)

Halaman : 1 2
Advertisement
Advertisement