Pada tahun pertama kepemimpinan CEO Bjorn Gulden, ia sempat melanjutkan penjualan sisa stok sepatu Yeezy dan berusaha meningkatkan penjualan seri Samba dan Gazelle. Pasca keputusan tersebut, saham Adidas sempat mengalami pemulihan, mengungguli Nike dan Puma sejak dipimpin oleh Gulden.
Melansir New York Post, Adidas memperoleh pendapatan sebesar 750 juta euro dari penjualan Yeezy 2023, sehingga menghasilkan keuntungan sebesar 300 juta euro.
Perusahaan menyisihkan 140 juta euro untuk disumbangkan ke badan amal guna memerangi antisemitisme dan rasisme.
Adidas memperkirakan bisnis utamanya di luar Yeezy akan meningkat pada 2024, dengan pertumbuhan setidaknya 10 persen pada paruh kedua tahun ini.
Perusahaan ini mendapat keuntungan dari tren sepatu kets seri suede seperti Samba dan Gazelle. Tren tersebut membantu penjualan Adidas tumbuh sebesar 8 persen pada kuartal keempat, sementara penjualan pakaian jadi turun 13 persen.
Tahun ini penjualan Adidas di Amerika Utara diprediksi akan terus melemah dan penjualan diperkirakan akan turun sekitar 5 persen.
Permintaan yang lebih rendah dan kelebihan stok toko di AS telah membebani perusahaan dengan penjualan di wilayah ini turun sebesar 21 persen pada kuartal keempat 2023 dan penurunan sebesar 16 persen sepanjang tahun.
Sementara di China, Adidas memperkirakan pemulihan 2024 yang lebih kuat, dengan pertumbuhan penjualan sebesar dua digit setelah kenaikan sebesar 8 persen pada tahun 2023. (ADF)