IDXChannel - Asosiasi Sepak Bola Jerman, DFB, memutuskan untuk mengakhiri kontrak dengan raksasa pakaian olahraga Adidas pada Kamis (21/3/2024).
Kesepakatan ini mengakhiri kerjasama 77 tahun yang telah terjalin antara tim nasional (timnas) Jerman dan Adidas.
DFB mengumumkan bahwa raksasa pakaian olahraga Amerika Serikat (AS), Nike akan menjadi pemasok resmi jersey timnas Jerman mulai 2027 dan seterusnya.
DFB mengatakan bahwa Nike akan memasok semua tim nasional dari 2027 hingga 2034, setelah memberikan penawaran finansial terbaik.
Kolaborasi antara Adidas dan tim sepak bola nasional Jerman sudah ada sejak tahun 1950-an dan menjadi saksi kesuksesan pertama tim tersebut di Piala Dunia.
Nike "swoosh" akan menggantikan logo Adidas di seragam Jerman berdasarkan kesepakatan dengan DFB.
“Nike juga membuat komitmen yang jelas terhadap promosi olahraga amatir, serta pembangunan berkelanjutan sepak bola wanita di Jerman", kata Chief Executive DFB Holger Blask.
Tanggung Rugi
Keputusan timnas Jerman menjadi pukulan telak bagi Adidas yang akhir-akhir ini juga tengah menghadapi kesulitan keuangan yang semakin besar.
“Kami diberitahu oleh DFB hari ini bahwa asosiasi tersebut akan memiliki pemasok baru mulai tahun 2027,” kata grup pakaian olahraga Jerman itu dalam sebuah pernyataan.
Hilangnya kontrak dengan timnas Jerman terjadi setelah grup Jerman tersebut melaporkan kerugian pertamanya dalam 30 tahun terakhir atau sejak 1992 pada awal bulan ini.
Pada tahun fiskal 2023, Adidas mencatat rugi bersih sebesar 75 juta euro (USD82 juta), menyusut dari perolehan laba bersih sebesar 612 juta euro pada tahun sebelumnya. (Lihat grafik di bawah ini.)
Menurut harian Bild, Adidas juga dikabarkan telah menghabiskan dana sekitar 50 juta euro per tahun untuk melengkapi tim sepak bola nasional Jerman.
Tabloid populer tersebut menggambarkan pemutusan kontrak ini sebagai gempa bumi setelah Adidas meluncurkan jersey timnas Jerman untuk Euro tahun ini pada pekan lalu.
Penurunan laba bersih perusahaan olahraga asal Jerman ini juga terimbas penjualan di Amerika Utara yang menurun di tengah stok yang melimpah.
Adidas juga harus mengalami perpisahan pahit dengan artis Kanye West pada tahun Oktober 2022 dan hilangnya pendapatan dari lini produk Yeezy yang cukup membebani merek tersebut.
Pada tahun pertama kepemimpinan CEO Bjorn Gulden, ia sempat melanjutkan penjualan sisa stok sepatu Yeezy dan berusaha meningkatkan penjualan seri Samba dan Gazelle. Pasca keputusan tersebut, saham Adidas sempat mengalami pemulihan, mengungguli Nike dan Puma sejak dipimpin oleh Gulden.
Melansir New York Post, Adidas memperoleh pendapatan sebesar 750 juta euro dari penjualan Yeezy 2023, sehingga menghasilkan keuntungan sebesar 300 juta euro.
Perusahaan menyisihkan 140 juta euro untuk disumbangkan ke badan amal guna memerangi antisemitisme dan rasisme.
Adidas memperkirakan bisnis utamanya di luar Yeezy akan meningkat pada 2024, dengan pertumbuhan setidaknya 10 persen pada paruh kedua tahun ini.
Perusahaan ini mendapat keuntungan dari tren sepatu kets seri suede seperti Samba dan Gazelle. Tren tersebut membantu penjualan Adidas tumbuh sebesar 8 persen pada kuartal keempat, sementara penjualan pakaian jadi turun 13 persen.
Tahun ini penjualan Adidas di Amerika Utara diprediksi akan terus melemah dan penjualan diperkirakan akan turun sekitar 5 persen.
Permintaan yang lebih rendah dan kelebihan stok toko di AS telah membebani perusahaan dengan penjualan di wilayah ini turun sebesar 21 persen pada kuartal keempat 2023 dan penurunan sebesar 16 persen sepanjang tahun.
Sementara di China, Adidas memperkirakan pemulihan 2024 yang lebih kuat, dengan pertumbuhan penjualan sebesar dua digit setelah kenaikan sebesar 8 persen pada tahun 2023. (ADF)