Pada kesempatan itu, Maksin menjelaskan sedikit latar belakang pembangunan Bandara Dhoho yang dimulai dari penetapan Proyek Strategis Nasional (PSN) tentang proyek pembangunan bandara baru pada 2018. Hal ini berangkat dari usulan kepada Daerah dan diakomodir oleh Pemerintah Pusat untuk pembangunan Bandara Baru di wilayah Jawa Timur khususnya di sisi selatan.
Akhirnya Gudang Garam menjadi pemrakarsa untuk pembangunan Bandara Kediri lewat skema Kerja Sama Pemerintah Badan Usaha (KPBU) senilai Rp13 triliun. Anggaran tersebut digunakan untuk pembebasan lahan, hingga tahapan konstruksi. Pemerintah memberikan dukungan kemudahan perizinan lewat penetapan status PSN.
"Ini bandara PSN yang pertama kali 100 persen dibiayai oleh swasta, tidak ada share dari pemerintah. Sehingga kami dari pihak pemrakarsa berpikirnya, eman-eman (sayang sekali) kalau sudah dibangun dengan uang Rp13 triliun terus hari ini hanya melayani dua kali dalam seminggu," kata Maksin.
Menurutnya, masih diperlukan dukungan lanjutan dan kolaborasi baik dari Pemerintah Pusat hingga Daerah, terutama untuk menciptakan market (pasar) sehingga terjadi peningkatan penerbangan ke Bandara Dhoho di Kediri.