sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Nasib Bandara Dhoho Proyek KPBU Rp12 Triliun Kini Hanya Layani Satu Rute Penerbangan

Economics editor Iqbal Dwi Purnama
13/12/2024 07:19 WIB
Bandara Dhoho, Kediri, Jawa Timur yang dibangun dengan skema KPBU unsolicited senilai Rp12 triliun, kini hanya menyisakan satu rute penerbangan.
Nasib Bandara Dhoho Proyek KPBU Rp12 Triliun Kini Hanya Layani Satu Rute Penerbangan. (Foto Iqbal Dwi/MPI)
Nasib Bandara Dhoho Proyek KPBU Rp12 Triliun Kini Hanya Layani Satu Rute Penerbangan. (Foto Iqbal Dwi/MPI)

IDXChannel - Bandara Dhoho, Kediri, Jawa Timur yang dibangun oleh PT Gudang Garam Tbk (GGRM) dengan skema Kerja Sama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU) unsolicited senilai Rp12 triliun, kini hanya menyisakan satu rute penerbangan yakni Kediri-Jakarta PP.

Direktur PT Surya Dhoho Investama (SDHI) Maksin Arisandi mengatakan, satu-satunya rute tersebut melayani dua kali dalam seminggu, yaitu setiap hari Rabu dan Jumat menggunakan maskapai Citilink. Padahal, sebelumnya bandara tersebut juga melayani rute Kediri-Balikpapan PP menggunakan maskapai Super Air Jet.

"Sayangnya hari ini Balikpapan sudah tidak ada operasi, sehingga saat ini hanya tersisa Jakarta-Kediri PP yang ada," ujarnya saat ditemui di Bandara Dhoho, Kediri, Jatim, Rabu (11/12/2024).

Bahkan pada rencana awal, setidaknya ada empat rute yang dibidik untuk pemberangkatan dari Bandara Dhoho yakni Kediri-Banjarmasin, Kediri-Makassar, Kediri-Balikpapan, dan Kediri-Jakarta.

Pada kesempatan itu, Maksin menjelaskan sedikit latar belakang pembangunan Bandara Dhoho yang dimulai dari penetapan Proyek Strategis Nasional (PSN) tentang proyek pembangunan bandara baru pada 2018. Hal ini berangkat dari usulan kepada Daerah dan diakomodir oleh Pemerintah Pusat untuk pembangunan Bandara Baru di wilayah Jawa Timur khususnya di sisi selatan.

Akhirnya Gudang Garam menjadi pemrakarsa untuk pembangunan Bandara Kediri lewat skema Kerja Sama Pemerintah Badan Usaha (KPBU) senilai Rp13 triliun. Anggaran tersebut digunakan untuk pembebasan lahan, hingga tahapan konstruksi. Pemerintah memberikan dukungan kemudahan perizinan lewat penetapan status PSN.

"Ini bandara PSN yang pertama kali 100 persen dibiayai oleh swasta, tidak ada share dari pemerintah. Sehingga kami dari pihak pemrakarsa berpikirnya, eman-eman (sayang sekali) kalau sudah dibangun dengan uang Rp13 triliun terus hari ini hanya melayani dua kali dalam seminggu," kata Maksin.

Menurutnya, masih diperlukan dukungan lanjutan dan kolaborasi baik dari Pemerintah Pusat hingga Daerah, terutama untuk menciptakan market (pasar) sehingga terjadi peningkatan penerbangan ke Bandara Dhoho di Kediri.

"Kalau pada waktu proyek ini sedang berjalan, maka kami bisa meng-handle itu 100 persen, karena memang dalam proyek kami membangun hingga menyiapkan lahan. Tetapi ketika sudah operasional, di sini dibutuhkan untuk meng- create market, maka itu semua harus ada kolaborasi," ujarnya.

Bicara soal okupansi penumpang di Bandara Dhoho, Maksin mengaku saat ini masih berada di angka 65 persen. Sebab, rute Rabu dan Jumat yang tersedia di Bandara Dhoho saat ini dianggap tidak menjadi rute-rute favorit, terutama untuk tujuan berwisata.

"Sebenarnya kalau maskapai ada yang terbang dari kediri, minimal ke Jakarta dulu lah, setiap hari ada, itu sudah bagus menurut saya. Saya meyakini, setidaknya Senin sampai Sabtu saja, minggu tidak usah, itu nilainya akan lebih signifikan menarik, semakin banyak pilihan, wisatawan juga tidak pikir-pikir lagi," kata dia.

(Dhera Arizona)

Halaman : 1 2 3
Advertisement
Advertisement