Meskipun demikian, tidak ada negara berkembang yang mengalami gagal bayar pada 2024. Pengamat pasar negara berkembang termasuk RBC BlueBay Asset Management dan Morgan Stanley juga memprediksi hal serupa terjadi tahun depan, terutama karena lembaga keuangan internasional termasuk Dana Moneter Internasional (IMF) turun tangan.
"Risiko gagal bayar lebih rendah dalam jangka pendek," kata Manajer Portofolio Senior RBC Anthony Kettle.
"Namun, pertanyaaannya adalah dapatkah mereka menanggung biaya bunga ini dalam jangka panjang?" katanya.
Menurut laporan tahunan Badan PBB untuk Perdagangan dan Pembangunan (UNCTAD), utang negara-negara berkembang telah meningkat lebih dari dua kali lipat selama dekade terakhir menjadi sekitar USD29 triliun, sebagian besar berupa pinjaman lokal. (Wahyu Dwi Anggoro)