IDXChannel - Negara-negara di dunia, termasuk Indonesia, saat ini tengah berjuang melawan pandemi Covid-19. Salah satunya dengan upaya program vaksinasi nasional di masing-masing negara.
Kenyataan di lapangan, tak semua negara mampu menyelenggarakan program vaksinasinya dengan lancar. Banyak negara, terutama negara-negara miskin dihadapkan pada kendala soal stok vaksin. Meski sudah disokong dengan program bantuan vaksin Covid-19 gratis lewat program COVAX.
Mengutip ABC Net, Rabu (23/6/2021) dari keterangan pejabat penasihat senior WHO, Bruce Aylward dikatakan lebih dari separuh negara miskin yang masuk sebagai negara daftar penerima vaksin gratis COVAX, nyatanya tidak memiliki pasokan vaksin yang cukup untuk melanjutkan jalannya program vaksinasi nasional di negaranya.
“Saya bisa bilang 80 dari negara AMC (Advance Market Commitment) setidaknya lebih dari setengahnya, tidak akan memiliki vaksin yang cukup untuk dapat mempertahankan program vaksinasi mereka saat ini. Beberapa di antaranya sudah kehabisan," kata Bruce Aylward.
Kekurangan pasokan vaksin ini, sebagian disebabkan karena adanya penundaan manufaktur dan terganggunya pasokan stok dari India, peningkatan kasus positif dan kematian meningkat di seluruh Afrika sebagai bagian dari hantaman gelombang ketiga infeksi Covid-19.
Sistem program vaksin gratis COVAX dari WHO dan aliansi GAVI sendiri diketahui bergantung pada kesediaan negara-negara kaya untuk mau mendonasikan stok vaksin yang mereka miliki. Sementara di sisi lain, negara-negara kaya ini juga tengah berlomba untuk memvaksinasi warganya sendiri.
Dr Michael Ryan, kepala kedaruratan WHO, mengakui bahwa sebagian besar negara-negara kaya memang menolak untuk segera membagikan vaksin.
"Ketika Anda meminta negara untuk menyumbang, mereka berkata, 'Kami akan memvaksinasi sesuai dengan prioritas kami dan prioritas kami adalah warga negara kami sendiri,” pungkas Dr Ryan. (TYO)