IDXChannel - Neraca perdagangan Jawa Timur (Jatim) tercatat defisit sebesar USD7,21 miliar atau sekitar Rp111,48 triliun selama Januari-September 2022. Hal itu disebabkan defisit sektor migas sebesar USD5,77 miliar dan sektor nonmigas sebesar USD1,44 miliar.
Kinerja kedua sektor tersebut perlu ditingkatkan agar neraca perdagangan Jatim secara kumulatif berubah menjadi surplus di periode berikutnya. "Selain itu perlu diupayakan untuk menekan atau mengurangi defisit dari sektor migas," kata Koordinator Fungsi Statistik Distribusi Badan Pusat Statistik (BPS) Jatim, Umar Sjaifudin dalam rilisnya, Selasa (18/10/2022).
Neraca perdagangan Jatim selama bulan September 2022 juga mengalami defisit sebesar USD775,29 juta. Defisit ini disebabkan karena defisit nilai perdagangan pada sektor migas sebesar USD684,79 juta. Demikian juga di sektor nonmigas mengalami defisit nilai perdagangan sebesar USD90,50 juta.
Secara kumulatif selama Januari-September 2022, nilai impor nonmigas dari kelompok negara ASEAN sebesar USD2,53 miliar. Utamanya berasal dari Thailand dengan nilai sebesar USD 953,58 juta atau dengan peranan sebesar 5,12 persen. Sedangkan nilai impor dari kawasan Uni Eropa sebesar USD977,86 juta dan utamanya berasal dari Jerman sebesar USD 298,25 juta atau dengan kontribusi sebesar 1,60 persen.
Tiga negara utama penyumbang impor ke Jawa Timur pada periode Januari-September 2022 masih didominasi oleh Tiongkok dengan nilai impor sebesar USD 5,32 miliar atau dengan kontribusi sebesar 28,59 persen. Disusul berikutnya impor dari Amerika Serikat sebesar USD1,29 miliar dengan peranan sebesar 6,92 persen dan dari Thailand sebesar USD 953,58 juta atau dengan kontribusi sebesar 5,12 persen.
Sementara itu, selama Januari-September 2022, ekspor nonmigas ke kawasan negara ASEAN sebesar USD3,43 miliar atau sebesar 19,98 persen dari total ekspor Jatim pada periode tersebut. Malaysia menjadi tujuan utama dengan nilai ekspor nonmigas mencapai USD1,50 miliar dengan peranan sebesar 8,74 persen.
Ekspor nonmigas ke Uni Eropa pada periode kumulatif tersebut mencapai USD1,43 miliar dengan kontribusi sebesar 8,32 persen. Ekspor ke Belanda merupakan yang terbesar ke Uni Eropa selama periode kumulatif ini yakni sebesar USD430,99 juta atau dengan peranan sebesar 2,51 persen.
Ekspor nonmigas negara utama lainnya selama periode ini yang terbesar adalah ke Amerika Serikat sebesar USD2,88 miliar atau dengan peranan sebesar 16,75 persen. Disusul ke Jepang sebesar USD2,63 miliar atau dengan peranan sebesar 15,29 persen dan ke Tiongkok dengan nilai sebesar USD 2,40 miliar atau dengan kontribusi sebesar 13,98 persen.
(FRI)