"Solar di sini ini bahan bakar minyak, maksudnya bahan bakar minyak sebanyak 31 juta liter. Jadi bisa dibayangkan di sana penghematannya baik dari sisi cost maupun juga dari sisi jejak karbon ya akan sangat berkurang seperti itu," ujar Muchtazar, saat dijumpai di Gedung Bursa Efek Indonesia, Jumat (25/7/2024).
Lebih lanjut, Muchtazar menyampaikan bahwa program ESG tidak hnaya akan berhenti di sini saja. Menurut Muchtazar, pihaknya akan bertekad untuk menjadi penghasil nikel terbesar di dunia dan penghasil nikel yang bertanggung jawab dengan mentransformasi teknologi pengelolaan nikel dari tenaga thermal menjadi chemical process.
"Jadi kita lagi mengembangkan yang namanya HPAL, high pressure acid leaching, jadi dia menggunakan teknologi kimia dan dampaknya adalah pengurangan intensitas emisi karbon. Jadi sangat efisien dan itu pada akhirnya membantu kami untuk mencapai net zero di 2050," ujar Muchtazar.
(Taufan Sukma)