“Ke depan, kita harus terus mewaspadai munculnya turbulensi yang dapat membawa krisis seperti yang terjadi di 2023 ini,” imbuh Mahendra.
Meski demikian, pemerintah Indonesia masih optimistis pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2024 dapat mencapai 5,2%, dengan inflasi dan nilai tukar Rupiah yang dapat dijaga di level 2,8% dan Rp15 ribu per USD.
Di sisi lain, lanjut Mahendra, harga komoditas ekspor Indonesia terpantau masih dalam tren yang menurun, sehingga menyebabkan penurunan surplus neraca perdagangan serta neraca berjalan yang juga menjadi defisit, yang menekan kinerja nilai tukar dan penurunan cadangan devisa.
“Di tengah tantangan global dan risiko dampaknya terhadap perekonomian domestik, OJK berupaya menjaga stabilitas sistem keuangan dan mendorong sektor jasa keuangan berkontribusi optimal dalam perekonomian nasional,” ujar Mahendra.
(YNA)