"Oleh karena itu, serapannya harus bisa kita lakukan lebih baik. Saya sangat mendorong Bulog untuk segera menambah stoknya, di atas 1,2 juta sampai 1,5 juta ton, agar serapan ini langsung bisa berputar, karena sampai Desember kita masih ada panen yang akan terjadi," ungkapnya.
"Di Jawa Timur, di Jabar masih cukup panen. Oleh karena itu, segera (dibeli padinya) dan saya yakin Insya Allah masalah beras 2022 neraca kami sangat-sangat aman," tutur Syahrul.
Dengan kelebihan stok beras itulah, seharusnya Indonesia bisa mengekspor beras ke luar negeri secara terbatas. Meski demikian, pihaknya mewaspadai adanya beberapa faktor gagal panen, seperti karena kondisi alam, cuaca yang tidak mendukung, hingga serangan hama penyakit tanaman.
"Bahkan kalau kita lebih ya harus kita keluarkan pada pintu ekspor, yang ada secara terbatas. Daya tahan beras kan ada batasnya, kalau kita enggak keluarkan, kita nambah terus kan bersoal. Jadi sekarang dunia mengakui kita punya beras. Kitalah yang paling bagus untuk saat sekarang ini," terangnya.
Maka kabar adanya impor beras dari pemerintah disebut suatu hal yang gila. Apalagi jika impor beras itu benar-benar dilakukan, tentu akan membuat Presiden Joko Widodo marah.
"Jelas orang gila yang mau impor. Kalau masih ada di dalam negeri mau impor untuk siapa ini negeri. Enggak ada impor-impor kalau beras, marah nanti pak Presiden," tegas Mentan.
(FAY)