Meski demikian, terdapat beberapa pandangan tentang bagaimana pencabutan sanksi impor ini akan mempengaruhi harga. Terlebih, baru-baru ini China merevisi bea impor batu bara.
“Revisi bea impor bagus untuk pembeli karena akan ada lebih banyak pasokan batubara Rusia yang tersedia untuk seluruh dunia, yang berarti beberapa kilang kokas bisa lebih kompetitif,” kata produsen baja di China mengatakan kepada Fastmarkets.
Aturan bea impor ini juga disebut berdampak pada penghematan biaya impor.
Namun, sumber lain juga mengatakan bahwa pasokan batu bara Australia yang lebih tinggi dapat menekan harga spot.
“China juga akan mengurangi permintaan batu bara kokasnya,” kata seorang sumber pedagang di Singapura.
Harga batu bara kokas domestik China akan berada di bawah tekanan begitu batu bara kokas Australia memasuki China. Kondisi ini disebut akan memberi manfaat bagi pabrik-pabrik di China yang selama ini menderita akibat melambungnya harga batu bara kokas.
Namun, desas desus di India mengatakan pada pekan lalu bahwa harga batubara hard-coking premium dapat meningkat begitu batu bara China masuk kembali ke pasar. Selain itu, pasokan batu bara prime high-vol juga juga diproyeksi akan berlimpah jika China membuka kembali kran impor.
“Perbedaan harga antara batubara volatilitas rendah dan volatilitas menengah dapat melebar hingga USD5 per ton atau lebih setelah China mulai mengimpor batubara kokas Australia karena pabrik China lebih memilih PLV,” kata seorang sumber di pabrik besar di India.
Namun harga bahan injeksi batu bara bubuk atau pulverized coal injection (PCI) mungkin tidak terpengaruh oleh pencabutan larangan tersebut.
“Pasokan (batu bara) PCI dalam negeri cukup, serta batu bara yang bersumber dari Rusia dan Polandia. Pembuat baja China cenderung ingin bertahan dengan pemasok domestik mereka daripada harus mengekspor,” ujar eksportir dari Australia mengutip Fastmarket.
Meski demikian, para eksportir batu bara Australia lebih optimis melihat situasi ini. (ADF)