sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Pasar Properti China Kembali Melemah, Penjualan Turun Drastis di Juni 2025

Economics editor Ibnu Hariyanto
01/07/2025 15:37 WIB
Pasar perumahan di China kembali menunjukkan pelemahan signifikan di Juni 2025. Data
Pasar perumahan di China kembali menunjukkan pelemahan signifikan di Juni 2025. (foto: iNews Media)
Pasar perumahan di China kembali menunjukkan pelemahan signifikan di Juni 2025. (foto: iNews Media)

IDXChannel – Pasar perumahan di China kembali menunjukkan pelemahan signifikan di Juni 2025. Data terbaru dari China Real Estate Information Corp mencatat penjualan rumah baru oleh 100 pengembang terbesar turun drastis 23 persen dibanding periode yang sama tahun lalu.

Dilansir dari Gurufocus, Selasa (1/7/2025), penjualan rumah baru di Juni 2025 hanya mencapai 339 miliar yuan (sekitar Rp767 triliun). Meskipun terjadi kenaikan bulanan sebesar 14,7 persen dibandingkan Mei, para analis meyakini kenaikan ini disebabkan oleh faktor musiman, bukan sinyal pemulihan struktural.

Stimulus yang sebelumnya diluncurkan oleh pemerintah dinilai mulai kehilangan daya dorong, sementara kepercayaan konsumen tetap lemah. Banyak calon pembeli masih menunda keputusan karena kekhawatiran terhadap harga yang bisa terus turun serta keberlanjutan proyek-proyek properti yang sempat tertunda.

Hal ini menunjukkan insentif kebijakan sebelumnya belum cukup untuk membalikkan arah pasar.

Perdana Menteri China, Li Qiang berkomitmen untuk memberi dukungan tambahan bagi sektor perumahan. Namun, analis dari Pantheon Macroeconomics menilai pemerintah cenderung mengambil langkah bertahap dan hati-hati ketimbang melakukan bailout besar-besaran. 

Strategi ini mencerminkan keengganan pemerintah untuk menciptakan ketergantungan baru terhadap stimulus fiskal, terutama di tengah tekanan fiskal dan risiko sistemik yang meningkat.

Situasi ini terjadi di saat yang sulit bagi perekonomian China secara keseluruhan. Konsumsi domestik belum sepenuhnya pulih dari dampak pandemi dan krisis properti yang berkepanjangan. 

Di sisi eksternal, tarif impor baru dari Amerika Serikat (AS) menambah tekanan terhadap kinerja ekspor hingga mempersempit ruang pertumbuhan ekonomi Negeri Tirai Bambu dalam jangka pendek.

Bagi investor global, dinamika di sektor properti China kini menjadi perhatian utama. Ketergantungan perusahaan multinasional, termasuk raksasa seperti Tesla terhadap permintaan dari pasar China bisa menjadi sumber volatilitas. 

Terlebih apalagi jika sentimen domestik terus memburuk dan berimbas pada pengeluaran rumah tangga serta belanja modal perusahaan. Dampak lanjutan dari pelemahan ini juga berpotensi menekan berbagai sektor lain yang terkait erat dengan properti, seperti logam industri, energi, serta saham-saham siklikal di pasar global. 

Kinerja pasar komoditas, rantai pasok industri, hingga sektor konstruksi di negara mitra dagang China turut berada dalam tekanan. Situasi ini sangat mengancam pertumbuhan ekonomi di China.

(Ibnu Hariyanto)

Halaman : 1 2 3
Advertisement
Advertisement