Kurtubi mengutarakan, dibutuhkan rencana yang cerdas terkait ekspansi PLTP yang akan dilakukan PGEO. Karena tidak hanya kelebihan pasokan saja yang menjadi isu, tapi juga lokasi Wilayah Kerja Panas Bumi (WKP) yang jauh dari calon pelanggan industri dan rumah tangga serta membutuhkan extra cost untuk membangun infrastruktur distribusi atau transmisi listrik.
“Ini memang jadi dilematis, perusahaan Pertamina Geothermal ingin kembangkan kapasitasnya,” ucap Kurtubi.
Kurtubi menegaskan, bisnis PGEO ke depannya masih banyak kendala, apalagi dalam prospektus PGEO menyebutkan dividen investor dapat terdampak karena dividen dibayarkan tergantung oleh pendapatan, kondisi keuangan, arus kas, kebutuhan modal, dan belanja modal PGEO.
Sebelumnya, Direktur Utama Pertamina, Nicke Widyawati mengungkapkan rencana PGEO pasca meraih dana segera dari IPO setelah melepas sebanyak 10,35 miliar saham atau 25 persen dari total modal perseroan dalam penawaran umum perdana saham.
Setelah menjadi perusahaan tercatat, Nicke menyebut transparansi merupakan hal yang penting. Di mana, perseroan akan membuka kepada publik terkait aktivitas yang dilakukan.