"Kalau yang satunya karena sudah DP (pembayaran di muka), akhirnya tetap lanjut. Tetapi kan dia enggak bisa masuk, ya mau enggak mau di sini (di rest area) aja, orang Sawojajar yang ini," imbuhnya kembali.
Perempuan yang telah berjualan di rest area Gubugklakah selama 10 tahun ini berujar omzetnya turun drastis. Bahkan, ketika hari normal tidak pada akhir pekan, penutupan wisata Gunung Bromo pendapatannya turun 50 persen lebih.
"Turun 50 persen lebih, kita ini hidupnya dari wisatawan yang ke sini. Tapi ya disyukuri, sedikit banyak disyukuri rezekinya, yang penting berkah," ujarnya.
Hal serupa dialami Fitrul Khoiriyah, pedagang makanan minuman yang juga terdampak sepinya wisatawan. Selama penutupan Gunung Bromo, ia hanya menggantungkan pada warga sekitar yang menikmati matahari tenggelam di Rest Area Gubugklakah.