Ketersediaan pupuk, lanjut Sudaryono, menjadi lebih baik karena di tahun ini alokasi pupuk bersubsidi didasarkan pada jumlah pupuk yang disiapkan. Bukan pada nilai anggaran subsidi yang disiapkan, seperti yang dilakukan di tahun-tahun sebelumnya.
"Kenapa di tahun-tahun yang lalu kadang-kadang kok pupuknya kurang? Karena yang anggarannya itu pakai uangnya. Kemudian harga pupuknya mahal, sehingga jumlah pupuknya turun dan banyak petani yang mengeluh sulit mendapatkan pupuk," ujar Sudaryono.
Sedangkan masalah yang kini tengah coba diselesaikan Kementerian Pertanian perihal pupuk bersubsidi, dikatakan Sudaryono, adalah keterlambatan pupuk tiba di petani.
Menurut Sudaryono, kendala tersebut harus segera diretas dan dicarikan solusinya, agar tidak mengganggu waktu tanam petani.
"Masalah pupuk tinggal persoalan minor, seperti distributor pupuk yang kekurangan modal. Ada distributor yang harus mengumpulkan uang dulu dari petani untuk menebus pupuk. Ini yang kita lagi tertibkan dengan pupuk Indonesia," ujar Sudaryono.